Aktivis dari Aliansi Pelangi menggelar aksi peringatan tujuh hari tewasnya Salim Kancil di Kota Blitar, Jawa Timur, Sabtu (3/10). Aksi solidaritas terhadap kematian aktivis lingkungan Salim Kancil yang bertajuk "Pitung Dinoan Wafatnya Syuhada Lingkungan" tersebut bertujuan meminta pemerintah lebih serius dalam menangani kasus pertambangan di Indonesia, serta menuntut polisi untuk menuntaskan penyidikan kasus pembunuhan Salim Kancil.ANTARA FOTO/Irfan Anshori/foc/15.

Surabaya, Aktual.com – Pasca pembunuhan aktifis anti tambang, Salim Kancil, petani desa Selok Awar-awar, Pasirian, Lumajang, Jawa Timur, menyebabkan anak-anak Pendidikan Anak Usia ‎Dini (PAUD), mengalami trauma berat. Banyak dari mereka yang selalu was-was dan tidak berani keluar rumah.

Trauma yang dialami siswa PAUD ini, karena ketika penganiayaan Salim Kancil oleh pelaku, dilakukan di hadapan siswa-siswa PAUD yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar.

Dampak dari pembunuhan sadis itu pun, membuat Polda Jatim mengirimkan delapan anggotanya untuk melakukan penyembuhan untuk menstabilkan kondisi psikis anak-anak PAUD yang mengalami trauma.

“Jadi kita kirim delapan anggota untuk melakukan healing (penyembuhan). Anak-anak yang melihat secara langsung itu mengalami trauma,” ujar Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Prabowo Argo, Selasa (6/10).

Kombes Pol Argo menjelaskan, delapan anggota yang diterjunkan, memang fokus terhadap anak-anak yang mengalami trauma, dan tidak ada kegiatan lain. Sebab, lanjutnya, jika tidak ditangani langsung, dikhawatirkan anak-anak akan mengalami trauma berkepanjangan.

Seperti diketahui, peristiwa tersebut diawali dengan menculik Salim Kancil dari rumahnya saat menggendong cucunya.

Kemudian Salim kancil dibawa ke Balai Desa dengan cara diseret dengan tubuh diikat. Tangan Salim diikat ke belakang. Ia ditendang dan dipukuli sampai ke Balai Desa Selok Awar-awar yang berjarak 2 km dari kediaman Salim Kancil.

Sementara tak jauh dari lokasi kejadian, anak-anak bersiap masuk kelas. Keriangan anak-anak berubah mencekam. Warga yang melihat aksi Tim 12 tak berani melerai dan memilih kabur.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Ahmad H. Budiawan