Jakarta, Aktual.com — Polda Kalimantan Barat dibantu Personil TNI dan Basarnas sampai saat ini terus berupaya mencari tiga nelayan asal Malaysia yang kapalnya tenggelam di wilayah perairan Indonesia, Tanjung Datok, Kabupaten Sambas, Jumat (11/9).

“Dari tujuh nelayan Malaysia itu, empat selamat, sementara nakhoda bersama dua ABK lainnya masih dilakukan pencarian,” kata Wakil Direktur Polair Polda Kalimantan Barat AKBP Andreas Widihandoko di Mako Polair Polda Kalbar, Selasa (15/9).

Widihandoko mengatakan, tiga nelayan asal Malaysia itu berawal ketika Kapal Patroli Antasena dengan kapal nelayan SF1-4655 asal Malaysia yang sedang mencuri ikan di perairan Indonesia tabrakan. Saat Kapal Patroli Antasena-7006 BKO dari Mabes Polri melaksanakan patroli di wilayah perairan Tanjung Dato mendeteksi kapal asing bendera Malaysia yang melakukan pencurian ikan di wilayah perairan Indonesia.

Ketika akan dilakukan pemeriksaan dengan cara mendekati kapal itu dengan membunyikan sirine, suling, pengeras suara dan tembakan peringatan sebanyak lima kali. Namun, nakhoda kapal nelayan itu tetap melarikan diri dengan cara memacu KM-nya dengan kecepatan tinggi dan memutus jaring yang sudah terlanjur ditebar.

“Untuk menghindari penangkapan nakhoda kapal itu membawa KM dengan berkecepatan sekitar 15 knot dengan jalan zig zag atau membawa kapal itu kearah kanan dan kiri dan sebaliknya dengan maksud untuk kabur dari pengejaran. Pada saat itu Kapal Patroli Antasena sedang lurus sehingga tubrukan pada buritan sebelah kanan kapal nelayan Malaysia tidak bisa dihindari,” ujar dia.

Sehingga kapal nelayan Malaysia itu miring ke kiri dan tenggelam sekitar pukul 19.45 WIB di perairan laut Tanjung Dato, Kabupaten Sambas yang berbatasan dengan Melano, Malaysia. “Pada saat dilakukan pengejaran ketinggian gelombang di perairan Tanjung Dato sekitar dua meter dan kondisi sedang kabut asap, dan posisi kapal nelayan Malaysia itu sudah masuk perairan Indonesia sekitar 20 kilometer atau sekitar 10 mil.”

Widihandoko mengatakan, pihaknya tidak berniat menenggelamkan kapal nelayan asal Malaysia tersebut, tetapi apa yang dilakukan Polair murni proses penegakan hukum. “Prosedur penghentian sudah benar sesuai prosedur internasional, tetapi kapal itu melawan perintah dengan melarikan dengan kecepatan tinggi, sehingga terjadi tabrakan.”

Dalam kesempatan itu, dia menambahkan langkah kemanusiaan kepada para nelayan itu juga sudah dilakukan dengan diselamatkannya, sebanyak empat ABK, dan tiga belum ditemukan. “Kami juga sudah berkoordinasi dengan LO Kuching, dan mereka sudah meneruskannya dengan ke konsulat dan kementerian luar negeri.”

Hingga saat ini, keempat nelayan asal Malaysia itu, statusnya masih saksi, dan proses hukumnya akan diserahkan kepada Imigrasi Kelas IA Pontianak, untuk dilakukan proses hukum selanjutnya, apakah dilakukan deportasi atau lainnya, kata Widihandoko. “Saat ini pihak Malaysia juga sudah menurunkan polisi marine-nya untuk melakukan pencarian ketiga nelayannya itu, tetapi masih dibatas negara mereka.”

Sementara itu, Mohammad Subhi salah seorang nelayan Malaysia sempat memangku tubuh Tarmizi (nakhoda) dalam kondisi mulut berbuih air laut, karena air sudah masuk ke kapal dan kondisi tidak memungkinkan, tubuh Tarmizi dia lepas untuk menyelamatkan diri.

Abu Talip menambahkan, pihaknya sudah mengingatkan nakhoda (Tarmizi) agar tidak masuk ke perairan Indonesia dalam mencari ikan, tetapi nakhoda tetap nekad masuk. “Begitu juga saat sedang dikejar agar tidak melarikan diri, tetapi Tarmizi malah marah kepada mereka, dan tetap ngotot memacu KM dengan melarikan diri, sehingga terjadi tabrakan tersebut,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu