Kegaduhan dan Ancaman Krisis

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon merasa heran lembaga pemerintah berselisih data atas kebijakan impor. Mestinya ujar politisi Gerindra itu, persoalan yang ada dapat terselesaikan di tingkat Kementerian Koordinator.

Karenanya dia mencurigai akan kejanggalan kasus ini, di satu sisi stok beras dinyatakan berlimpah, di sisi lain adanya upaya impor beras. Menurut Fadli, sudah selayaknya kasus ini berlanjut ke Pansus DPR.

“Mungkin bukan rakor yang diperlukan, tapi pansus Impor Beras biar jelas. Kok bisa antarlembaga pemerintah beda data beda sikap. Ini bukti rezim amburadul, tak ada koordinasi. Tapi saya lebih percaya Buwas, kita tak perlu impor. Kebijakan ini mengkhianati petani,” pungkas dia.

Ekonom Senior Indef yang juga Ketua Dewan Pengurus LP3ES, Didik J Rachbini mengingatkan agar pemerintah berhati-hati terhadap potensi ancaman krisis lantaran neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit akibat besaran impor tak mampu diimbangi oleh ekspor.

Diketahui defisit neraca berjalan tahun lalu mencapai tidak kurang dari USD 17,3 miliar dan tahun depan diperkirakan lebih dari 24 milyar dollar AS jika kebijakan ekonomi dilakukan seperti sekarang (as usual). Pada saat ini ujarnya, Indonesia sedang mengalami defisit perdagangan tidak kurang dari USD 3 miliar.

“Kita punya masalah akut yang tidak mampu diperbaiki dan tidak ada kebijakan sistematis untuk mengatasinya selama ini, yakni defisit neraca berjalan,” kata Didik.

Sementara Staf Khusus Kepresidenan, Ahmad Erani Yustika mengaku belum mendapatkan informasi yang utuh terkait persoalan tersebut, sehingga dia belum bisa memberikan penjelasan.

Namun demikian, Erani menyampaikan bahwa pada saatnya nanti, Presiden Joko Widodo akan memberikan keterangan kepada publik atas persoalan itu.

“Presiden pasti pada saat yang tepat akan menyampaikan pada publik (terkait persoalan ini). Yang pokok, presiden ingin kebutuhan pokok bisa disediakan kepada masyarakat itu yang menjadi keinginan presiden,” tutup dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta