Penyelam berenang di antara terumbu karang taman laut Bunaken di Teluk Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (5/12). Taman laut Bunaken memiliki biodiversitas kelautan salah satu yang tertinggi di dunia, hal itu merupakan daya tarik bagi wisatawan khususnya wisata air dengan 20 titik penyelaman hingga kedalaman 1.344 meter. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/pd/15

Jakarta, Aktual.com – Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim menyatakan penerapan kebijakan poros maritim dunia jangan hanya fokus kepada pembangunan infrastruktur tetapi harus seimbang dengan aspek nonfisiknya.

“Sejauh ini fokus pembangunan maritim masih bergerak pada bangunan fisik, bukan nonfisik seperti literasi kemaritiman,” kata Abdul Halim, Senin (20/9).

Menurut dia, imbas terhadap fokus pembangunan kemaritiman yang menitikberatkan bangunan fisik sering kali tidak mencerminkan kebutuhan pengembangan potensi maritim di lapangan.

Pada akhirnya, masih menurut Abdul Halim, berpotensi membuat bangunan mangkrak dan anggaran negara terbuang percuma.

Ia berpendapat bahwa kunci dari penerapan kebijakan poros maritim dunia ada di bidang litbang, kemudian penting pula melakukan sosialisasi dengan melibatkan dunia kampus dan komunitas kemaritiman yang tersebar di pelbagai daerah.

Dengan demikian, Abdul Halim sepakat bahwa keseimbangan yang terbaik bukan hanya dalam penerapan konsep, tetapi juga dalam realisasi alokasi anggaran yang ditetapkan.

Ia mengemukakan, keunggulan dari daya saing ekonomi sektor kemaritiman nasional adalah dinilai dari kesungguhan untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid