Jakarta, Aktual.co —Presiden Joko Widodo resmi melantik Politikus asal Partai Nasdem HM Prasetyo sebagai Jaksa Agung di Istana Negara. Namun demikian, baru menjabat sebagai Jaksa Agung, Prasetyo diminta untuk menuntaskan penyidikan kasus penyalahgunaan kredit Bank Mandiri senilai Rp 160 miliar.
Ketua Presedium Ind Police Watch Neta S Pane menyebut, ujian pertama yang dihadapi Prasetyo adalah menuntaskan pengusutan kasus penyalahgunaan kridit Bank Mandiri.
“Betul, salah satu ujian bagi Prasetyo adalah apakah dia berani menuntaskan kasus Bank Mandiri yang mengucurkan kridit ke PT Citra Graha Nusantara senilai Rp 160 miliar. Kita tunggu,” kata Neta saat dihubungi, Kamis (20/11).
Menurut dia, jika Prasetyo tidak berani menuntaskan kasus penyalahgunaan kridit Bank Mandiri maka akan berdampak kepada penilaian masyrakat terhadap kinerja Kejaksaan Agung. “Kejaksaan Agung akan kehilangan wibawa,” kata dia.
Neta menuturkan, IPW berharap dalam waktu 3 bulan Prasetyo bisa membongkar kasus korupsi besar dan membawa para mafia ke pengadilan serta membuat strategi pembangunan sistem hukum dengan Polri.
“Meski berharap banyak, IPW tetap pesimis Prasetyo dapat melakukannya dan IPW juga ragu Prasetyo bisa melakukan revolusi mental di kejaksaan.”
Atas terpilihnya bekas Jampidum itu sebagai orang nomor satu di kejaksaan, IPW sangat menyayangkan posisi Jaksa Agung dipilih presiden dari kalangan partai politik.
Semula IPW berharap Jaksa Agung baru dari kalangan independen atau kalangan perguruan tinggi. Sehingga ada gebrakan baru yang diharapkan bisa bersinerji dengan kepolisian, terutama dalam pemberantasan korupsi, mafia hukum, mafia pajak, mafia migas, dan mafia lainnya.
“Karena Jokowi sudah memilih Prasetyo, IPW hanya bisa berharap, jaksa agung baru bisa menerapkan konsep revolusi mental yang digadang-gadangkan oleh Jokowi semasa kampanye. Sehingga dia bisa melakukan perubahan dengan cepat di kejaksaan,tujuannya agar bisa bersinerji dengan institusi hukum lainnya, terutama polri.”
Jaksa Agung Tak Tebang Pilih
Sementara itu, Ketua Komisi Kejaksaan Halius Husen berharap, Prasetyo tak tebang pilih dalam menuntaskan sebuah kasus, terutama terkait dengan kasus yang diduga menyeret Surya Paloh.
Sebagai bentuk komitmen netralitas dan independensinya, Prasetyo juga harus berani membuka kasus-kasus yang melibatkan kasus Blok Cepu dan penyelewengan kredit Bank Mandiri yang melibatkan Surya Paloh. “Akan kita lihat apa dia menutup matanya untuk kasus tersebut atau bet- betul indepmeden,” singkatnya.
Untuk diketahui, pada Senin (11/7) lalu, Bos Metro TV Surya Paloh diperiksa Kejaksaan Agung terkait kasus penyalahgunaan kredit Bank Mandiri. Paloh dicecar seputar adanya informasi PT Media Televisi Indonesia menerima kredit PT Cipta Graha Nusantara senilai Rp 160 miliar.
“Dia (Surya Paloh) diperiksa dalam rangka meminta penjelasan sehubungan adanya keterangan dari pihak-pihak yang sudah diperiksa sebelumnya,” kata Kapuspenkum Kejaksaan Agung saat itu, Soehandojo.
Surya Paloh diperiksa dengan materi pemeriksaan difokuskan pada penjualan dan pembelian aset PT Tahta Medan oleh PT Tri Manunggal Mandiri Persada yang merupakan perusahaan afiliasi dengan Media Group. Aset PT Tahta Medan dibeli dari BPPN dan dijual ke PT Azalea Limited Rp 160 miliar.
Menurutnya, PT Media Televisi Indonesia menerima hasil penjualan aset kredit PT Tahta Medan sebesar Rp 160 miliar.”Jadi, kita pertanyakan sejauh mana kebenaran dari informasi seperti itu,” kata dia.
Surya Paloh diperiksa sebagai saksi terhadap tiga tersangka dari direksi Bank Mandiri Neloe cs. PT CGN merupakan salah satu debitor yang terkait kasus kredit macet Bank Mandiri. Tim penyidik telah menetapkan tiga orang tersangka dari PT CGN yaitu Direktur Utama Edison, Komisaris Saipul dan Direktur keuangan Diman Ponijan. Mereka kini masih ditahan di Rutan Kejagung.
Setelah menjalani pemerikasaan selama 2,5 jam oleh tim penyidik yang dipimpin Arnold Angkouw, Paloh mengaku tidak pernah berhubungan dengan PT CGN. “Tadi saya ditanya apakah saya mengenal PT CGN, pernah berhubungan dengan PT CGN, saya bilang saya tidak kenal dan memang tidak kenal,” kata Surya Paloh.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu