Presiden Joko Widodo bersiap memimpin rapat terbatas tentang evaluasi pelaksanaan proyek strategis nasional dan program prioritas Provinsi Sumatra Utara di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (16/2). Presiden mengatakan Sumut dapat menggerakkan perekonomian wilayah lain di Sumatra dengan percepatan pembangunan infrastruktur pelabuhan, tol maupun bandara karena terletak di jalur pelayaran internasional selat Malaka yang dekat Singapura, Malaysia, dan Thailand. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/kye/17

Aktual.com – Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, memperkirakan poros perekonomian global bakal beralih ke kawasan Samudra Hindia kelak di kemudian hari.

“Dimana gerangan masa depan ekonomi dunia berada? Lokasinya tak jauh-jauh, ia ada di sekitar kita, Samudra Hindia,” tulis Presiden, lewat akun Facebooknya, Senin (6/3) pukul 18.00 WIB.

Menurutnya, Samudra Hindia merupakan kawasan yang begitu luas, berbagai negara yang berbatasan dengannya dihuni tak kurang dari 2,7 miliar penduduk, sehingga kedepan terdapat segenap peluang dan tantangan.

Terlebih, setengah perjalanan kontainer dunia melewati 20 persen kawasan laut permukaan bumi ini, termasuk dua per tiga pengapalan tanker energi.

Karenya, Indian Ocean Rim Association (IORA) Summit atau Pertemuan Asosiasi Negara Lingkar Samudra Hindia 2017 dipandang punya peran dan arti penting memperkuat kemitraan antar anggota demi mewujudkan kemakmuran di wilayah Samudra Hindia.

“Indonesia ingin memperkuat poros maritim untuk dihubungkan dengan IORA,” kata Presiden.

Kendati sudah 20 tahun berdiri, negara-negara pesisir yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia ini justru baru pertama kali menggelar Konferensi Tingkat Tinggi yang berlangsung di Jakarta 5-7 Maret 2017.

IORA beranggotakan 21 negara yaitu Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, Komoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Persatuan Emirat Arab, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tanzania, Thailand dan Yaman.

(Nelson Nafis)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Nelson Nafis
Editor: Andy Abdul Hamid