Taipei, Aktual.com – Presiden Taiwan Ma Ying Jeou menegaskan bahwa, isu tentang Laut China Selatan tidak akan menjadi topik pembicaraan dalam pertemuanya dengan Presiden China Xi Jinping di Singapura, Sabtu (7/11).

Ma akan membawa persoalan kesulitan-kesulitan Taiwan dalam partisipasinya di berbagai kegiatan berskala internasional, terutama yang dialami sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM), saat bertemu dengan pemimpin Tiongkok di Singapura akhir pekan ini.

China mengatakan Taiwan memiliki hak untuk mewakili dirinya sendiri di kancah internasional, meskipun memiliki pengecualian dalam keanggotaannya di beberapa badan internasional seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) selama negara kepulauan itu menyandang nama “China Taipei”.

Ma membuat pernyataan dengan menambahkan bahwa pihaknya telah menginformasikan kepada Amerika Serikat terkait pertemuan pertama kedua pemimpin tersebut sejak 1949.

Sebelumnya Menteri Urusan China Daratan Taiwan (MAC), Hsia Li Yan, menegaskan tidak akan ada kesepakatan bersama yang ditandatangani Ma dan Xi.

“Tidak ada kesepakatan yang akan ditandatangani dan tidak ada pernyataan bersama yang dikeluarkan,” katanya dilansir dari Reuters, Kamis (5/11).

Hsia menjelaskan bahwa tujuan utama dari pertemuan itu adalah untuk mengonsolidasikan perdamaian lintas-selat dan mempertahankan status quo.

“Kami tegaskan pula bahwa pertemuan itu hanya dapat dilanjutkan dalam kondisi status yang sama dan bermartabat,” katanya dalam keterangan resminya yang dirilis Bidang Media Luar Negeri Kementerian Luar Negeri Taiwan itu.

MAC mencatat bahwa pembangunan damai dan stabil dalam kerangka hubungan lintas-selat untuk menghormati kepentingan masing-masing pihak dan masyarakat internasional.

“Presiden Ma memiliki tujuan jangka panjang masa depan Taiwan, terutama terkait kesejahteraan rakyat dengan melembagakan pertemuan para pemimpin dan mengutamakan rasa saling percaya antara kedua belah pihak,” tutur Hsia.

Pertemuan Ma-Xi tersebut menjadi tonggak bersejarah dalam 66 tahun terakhir sejak terjadinya perang sipil di China Daratan yang membuat pemimpin Partai Kuomintang Chiang Kai Shek terusir ke Taiwan dan mendirikan negara baru di Pulau Formosa itu.

Pernyataan Hsia itu sekaligus untuk menanggapi sikap kritis partai oposisi dan skeptisme rakyat Taiwan atas rencana pertemuan Ma-Xi di Singapura akhir pekan ini.

Sebelumnya Ketua Partai Progresif Demokratik (DPP) sekaligus calon Presiden Taiwan Tsai Ing Wen, Rabu (4/11), mengingatkan Presiden Ma tidak membatasi masa depan Taiwan hanya demi menjaga citranya dalam sejarah.

Sebagaimana rakyat Taiwan, dia terperangah oleh pengumuman dari kantor kepresidenan sehari sebelumnya bahwa Ma akan bertemu Xi.

Wanita pemimpin partai oposisi itu menilai Ma tergesa-gesa mengadakan pertemuan dengan Xi hanya untuk mengangkat citranya tanpa berhati-hati mempertimbangkan kepentingan Taiwan, sebagai langkah membatasi pembangunan Taiwan.

Tsai menegaskan bahwa periode kepemimpinan kedua Ma berakhir pada 2016 dan rakyat Taiwan tidak akan mendukungnya bila membuat perjanjian dalam pertemuan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan setelah ia meletakkan jabatan.

Menurut Tsai sebagaimana laporan kantor berita resmi Taiwan CNA, Ma tidak berhak untuk menjanjikan apa-apa dalam pertemuannya dengan Xi akhir pekan ini.

Artikel ini ditulis oleh: