Jakarta, Aktual.com — Selama musim kemarau melanda wilayah Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan terdapat puluhan desa yang warganya kekurangan air bersih karena semua sumur gali dan anak sungai mengalami kekeringan.

Dari puluhan desa yang warganya kekurangan air bersih itu antara lain terjadi di sebelas desa dalam Kecamatan Tuah Negeri setempat mengalami kekeringan, kata Camat Tuah Negeri Yontar, Minggu (26/7).

Ia mengatakan kekurangan air bersih itu hampir setiap musim kemarau, namun tahun ini sumber mata air sangat turun terutama disetiap sumur gali dan anak sungai di daerah itu.

Masyarakatnya mencari alternatif mengonsumsi air meneral isi ulang untuk air minum dan masak, namun air isi ulang itu kebersihannya masih diragukan mengingat sumber airnya tak jelas.

Untuk mengantisipasi kekurangan air ke depan, pihaknya sudah mengusulkan ke Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat agar setiap rumah warga mendapatkan jaringan air bersih.

Namun hal itu belum bisa direalisasikan tahun ini karena prosesnya masih panjang, tapi ia mengusulkan agar setiap desa kekurangan air bersih mendapat bantuan dari PDAM melalui program air bersih.

“Kami langsung memantau ke rumah-rumah warga bahwa mereka kekurangan air bersih, sedangkan sumur yang biasanya sebagai sumber air sudah kering, meskipun masih ada sumur yang berair namun kulitas airnya tak layak konsumsi lagi,” ujarnya.

Ia mengimbau kepada masyarakat agar setiap membeli air isi ulang harus dimasa lebih dahulu karena kualitasnya masih diragukan, saat musim kemarau sumber air bersih sangat sulit termasuk air sungai yang saat ini sebagian besar sudah tercemar.

“Kami tetap berupaya minta bantuan dari PDAM untuk mendapatkan air bersih subsidi karena bila warga mekonsumsi air sumur atau sungai dikhawatirkan tercemar berbagai penyakit,” ujarnya.

Salah seorang warga Desa Petunang Sanusi membenarkan bahwa keluarganya setiap hari jarang mandi akibat tak ada air, sedangkan air sungai atau sumur sudah keruh dan tak layak pakai.

“Kami setiap hari menngambil air ke Sungai Musi yang jarak tempuhnya cukup jauh, sedangkan Sungai Beliti setempat diduga sudah tercemar limbah pabrik karet,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: