Sejumlah mahasiswa mengelar aksi damai di Kota Kupang, Sabtu (7/3). (Antara/Kornelis Kaha)
Sejumlah mahasiswa mengelar aksi damai di Kota Kupang, Sabtu (7/3). (Antara/Kornelis Kaha)

Kupang, aktual.com – Sebanyak 20-an mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi mahasiswa Adonara, Kabupaten Flores Timur menggelar aksi damai di Kota Kupang terkait kasus perang tanding antar suku di pulau Adonara yang menimbulkan enam orang meninggal dunia.

Koordinator aksi damai Alhuda Ladopura Kepada wartawan di Kupang, Sabtu (7/3) mengatakan aksi damai itu melibatkan delapan organisasi kepemudaan di Kota Kupang.

“Jadi di aksi damai ini kami ingin nyatakan sikap kami terkait kasus tersebut yang telah menimbulkan korban jiwa,” katanya.

Ia mengatakan beberapa pernyataan sikap yang disampaikan adalah berupa mendesak pemerintah Kabupaten Flores Timur untuk meredakan kepentingan antar warga serta segera menyelesaikan konflik yang terjadi di daerah itu.

Pihaknya tak ingin kelak akan muncul konflik baru lagi setelah adanya perang tanding sebelumnya antar suku Kwaelaga dan Lamatokan di desa Sandosi, Kecamatan Witahama, Flores Timur.

Selain itu sejumlah mahasiswa itu mengimbau kepada masyarakat NTT secara umum dan masyarakat Adonara khususnya untuk tidak menyebar luaskan foto-foto dan video yang berkaitan dengan kejadian tersebut.

Pihaknya juga menuntut agar aparat keamanan terkait bisa menindak tegas sejumlah provokator, penyebar hoaks dan fitnah yang dapat menggangu stabilitas keamanan masyarakat.

Tak hanya itu mereka juga mendesak aparat keamanan bisa menempatkan personel-personelnya di tempat-tempat yang rawan akan kembali munculkan kejadian yang sama.

“Kami juga menyampaikan turut berbelasungkawa atas kejadian tersebut, berharap tak ada kejadian susulan, ” tambah dia.

Sebelumnya diberitakan pada Kamis (5/3) telah terjadi konflik antarwarga memperebutkan lahan di Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Peristiwa tersebut menimbulkan enam orang menjadi korban dan meninggal dunia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eko Priyanto