Manila, Aktual.com – Negara-negara di Asia Tenggara tidak akan memandang remeh perselisihan di Laut China Selatan yang sekarang relatif tenang, demikian sebuah naskah pernyataan yang akan dikeluarkan dalam konferensi tingkat tinggi di Manila, Senin (13/11).

Pernyataan itu akan dikeluarkan setelah pertemuan antara China dan Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang beranggota 10 negara di ibu kota Filipina itu, kata satu sumber diplomatik.

“Sementara situasi lebih tenang sekarang, kami tidak dapat meremehkan kemajuan saat ini,” demikian rancangan tersebut, seperti diberitakan kantor berita Reuters, Senin.

“Penting bahwa kami bekerja sama untuk memelihara perdamaian, stabilitas, kebebasan navigasi di dan penerbangan di atas SCS (Laut China Selatan), sesuai dengan hukum internasional. Inilah kepentingan kolektif kami untuk menghindari miskalkulasi yang dapat mengarah ke peningkatan ketegangan,” tambah pernyataan itu.

Hampir semua Laut China Selatan, salah satu perairan tersibuk di dunia, diklaim oleh China. Taiwan dan empat negara anggota ASEAN – Malaysia, Vietnam, Filipina dan Brunei – juga mengklaim wilayah tersebut yang menimbulkan tumpang tindih.

Para pemimpin China, Amerika Serikat dan tujuh negara lainnya ikut serta bergabung dengan ASEAN dalam KTT yang dilaksanakan tahunan.

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Minggu (12/11), siap memediasi antara negara-negara yang mengklaim atas Laut China Selatan yang diperselisihkan.

Ketika ditanya komentar-komentarnya, juru bicara Departemen Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan bahw China menjunjung tinggi untuk menyelesaikan isu itu melalui pembicaraan dengan negara-negara tersebut yang terlibat langsung dan menjunjung tinggi perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.

Situasi di Laut China Selatan secara umum stabil dan menuju arah yang tepat dengan usaha-usaha bersama China dan negara-negara ASEAN, katanya.

China dibuat marah di masa lalu oleh kebebasan patroli navigasi di Laut China Selatan, dan komentar-komentar tentang isu tersebut, oleh AS. China melihat apa yang disampaikan AS tersebut provokatif.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: