Jakarta, Aktual.com — Polres Sukabumi Kota, Jawa Barat menemukan korban penipuan yang mengatasnamakan perekrutan karyawan PT Semen Jawa Sukabumi sebanyak 658 orang.

“Jumlah korban ini sesuai dengan laporan dan bukti kwitansi, hingga Rabu dini hari,” kata Kepala Bagian Operasi Polres Sukabumi Kota, Kompol Sulaeman Salim kepada Antara di Sukabumi, Rabu (2/3).

Menurutnya, jumlah korban dimungkinkan akan bertambah karena perekrutan karyawan fiktif tersebut seluruh korbannya berasal dari luar lokasi pabrik semen milik investor Thailand.

Kasus ini mulai terbongkar setelah ratusan pencari kerja tersebut melapor kepada pihak Polsek Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi.

Setelah dikembangkan, petugas gabungan dari TNI dan Polri langsung menggerebek sebuah rumah di Kampung Cipendeuy, RT 02 RW 10, Desa Kebonmanggu, Kecamatan Gunung Guruh yang dijadikan kantor untuk melakukan perekrutan tenaga kerja fiktif yang dijanjikan akan bekerja di perusahaan milik PT Semen Ciam Grup (SCG).

“Rata-rata korban harus menyerahkan uang dari Rp2 juta-Rp5 juta agar bisa masuk ke perusahaan tersebut, namun setelah lama dinanti para pencari kerja ini tidak kunjung dipanggil untuk bekerja,” tambahnya.

Sulaeman mengatakan aksi penipuan berkedok perekrutan tenaga kerja ini sudah terjadi sejak Agustus 2015, bahkan korbannya tidak hanya warga Sukabumi saja, tetapi ada yang berasal dari Bandung, Bogor, DKI Jakarta, Cianjur dan lain-lain.

Bahkan, para korban dijanjikan akan ditempatkan sesuai dengan pendidikan dan keahliannya serta dijanjikan akan disediakan penginapan dan makan dua kali sehari.

Sementara, salah seorang korban warga Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi, Baden Setiawan mengatakan ia dan 10 orang rekannya ikut menjadi korban penipuan tersebut. Ia dan temannya diminta uang sebesar Rp2 juta untuk ditempatkan di bagian staf, office boy, petugas keamanan dan bagian produksi.

“Namun setelah lama menunggu dan kami terus menanyakan hanya janji-janji saja dari pihak perekrut tenaga kerja yang mengaku sebagai HRD dari PT Semen Jawa,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara