Kuala Lumpur, Aktual.com — Pemerintah RI melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah petinggi Malaysia di Putra World Trade Centre, Kuala Lumpur, Malaysia untuk membahas pengembangan industri hilir kepala sawit. Dalam hal ini, produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) Indonesia bakal bekerja sama dengan Negeri Jiran membangun kawasan industri kelapa sawit pada 2016 mendatang.

Dalam konferensi pers usai melakukan kunjungan kehormatan pada PM Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak, Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Indonesia Rizal Ramli mengemukakan bahwa kerja sama ini atas arahan Presiden Joko Widodo yang telah dibahas sejak tiga bulan terakhir.

“Saya dititipkan pesan agar Indonesia dan Malaysia betul-betul bekerja sama meningkatkan hubungan, terutama industri hulu dan hilir kelapa sawit. Kita ingin supaya kedua negara yang menguasai 85% suplai CPO bisa masuk ke downstream-nya,” kata Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli, ditulis Jumat, (28/8).

Menurut rencana, groundbreaking proyek kawasan industri tersebut akan dipercepat dari rencana semula yakni pada Juni 2016 mendatang menjadi bulan Januari 2016.

“Perdana Menteri Malaysia ingin kerja sama ini berlangsung. Kami juga dapat perintah dari Joko Widodo supaya ini bisa dilaksanakan secepatnya. Kita dorong supaya dipercepat,” paparnya.

Adapun luas lahan dan investasi kawasan industri kelapa sawit itu belum ditentukan. Rizal hanya menyebut bahwa kemungkinan kawasannya akan terletak di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

Adapun yang akan menjadi pemimpin proyeknya, kata Rizal, adalah Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil.

Dalam hal ini, pemerintah akan memberlakukan standar produksi baru. Indonesia dan Malaysia, ujar Rizal, menginginkan standar produk hilir yang menguntungkan bagi kedua negara.

Lebih lanjut Rizal mengemukakan, produsen kelapa sawit kini tengah menghadapi beberapa masalah seperti tingginya pemberlakuan standar di negara maju. Hal tersebut membuat kondisi dimana hanya produsen kelapa sawit besar yang mampu memenuhi standar tersebut. Sementara mayoritas petani plasma tak mampu memenuhi standar yang ada.

Dengan kerja sama ini, Indonesia dan Malaysia bisa memproses Crude Palm Oil (CPO) dari petani plasma. Rizal juga berjanji akan mempermudah perusahaan swasta yang ingin menggarap bisnis hilir dengan memberikan insentif.

Lebih lanjut dikatakan dia, pemerintah akan segera mengumpulkan semua produsen kelapa sawit dan anggota Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) untuk menyelaraskan arah dan orientasi.

Kendati di awal proyek sudah ada dua perusahaan yang akan menjadi perintis kerja sama ini, yaitu FGV Malaysia dan EHP Indonesia, namun pemerintah berjanji akan mengajak dan menyediakan insentif bagi perusahaan swasta lain yang berminat mengembangkan industri turunan minyak sawit untuk menyukseskan proyek kerja sama ini.

“Semakin banyak yang berpartisipasi, nilai tambah produk turunan CPO akan makin baik dan hal ini akan turut membantu jutaan petani sawit di Indonesia dan Malaysia,” ujarnya.

Senada dengan Rizal Ramli, Menteri Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia, Dato’ Sri Mustapha Mohammed yang memimpin delegasi Malaysia dalam pertemuan tersebut juga menegaskan pentingnya inisiatif kedua negara untuk meningkatkan kerja sama di bidang industri hilir minyak sawit baik dalam konteks bilateral maupun dalam kerangka integrasi ekonomi ASEAN.

Peningkatan kerja sama di bidang industri hilir minyak sawit ini diharapkan dapat mengatasi skenario ekonomi global serta dampaknya terhadap permintaan produk-produk minyak sawit dari negara-negara pengimpor utama.

Artikel ini ditulis oleh: