Manila, Aktual.com – Sekitar 20 ribu pendukung mantan Presiden Filipina 2016 – 2022 Rodrigo Duterte menggelar unjuk rasa di Kota Davao. Dalam tuntutannya, mereka menyerukan pembebasannya dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag Belanda.
Dilansir dari Saudi Gazette, alam aksi unjuk rasa yang digelar Minggu siang (16/3), Wali Kota Davao Sebastian Duterte dan Senator Christopher Lawrence Go juga menyapa para pendukung, mendesak mereka untuk melanjutkan upaya mereka hingga Duterte kembali ke Filipina.
Aksi unjuk rasa itu digelar berbarengan dengan perayaan ulang tahun ke-88 Kota Davao, para pendukung Duterte meneriakkan yel-yel untuk kepulangan Duterte saat mereka berbaris melalui kampung halamannya, tempat ia sebelumnya menjabat sebagai wali kota.
Acara tersebut termasuk rapat umum doa di Taman Rizal, dekat balai kota, menurut Rappler.com. Duterte, yang diangkut ke Den Haag pada hari Rabu (12/3) malam setelah penangkapannya di Bandara Internasional Manila saat tiba dari Hong Kong, dituduh bertanggung jawab atas kematian ribuan para bandar narkoba, maupun pengedar dan pengguna narkoba.
Meskipun ditahan di Rutan ICC di Den Haag Belanda, mantan presiden itu bersaing untuk jabatan Wali Kota Davao dalam pemilihan lokal bulan Mei nanti. Ia berencana mengincar jabatan kedua setelah jeda selama 22 tahun.
Untuk diketahui, setelah ditangkap di Bandara Internasional Manila, pada Jumat (14/3) Duterte muncul di hadapan Kamar Praperadilan ICC untuk menghadiri sidang pertamanya. Sidang yang dipimpin Hakim Julia Antoanella Motoc, sesi tersebut merupakan langkah prosedural daripada pengadilan, yang bertujuan untuk mengonfirmasi identitas Duterte, memberitahunya tentang hak-haknya, secara resmi menyampaikan dakwaan, dan menetapkan tanggal untuk sidang konfirmasi dakwaan.
Melalui putrinya, Wakil Presiden Sara Duterte, mantan presiden tersebut meyakinkan para pendukungnya, memberitahu mereka untuk tetap tenang. Berbicara kepada para pendukung Filipina yang berkumpul di luar lokasi ICC, Sara Duterte mengatakan bahwa dia telah mengunjungi ayahnya di fasilitas penahanan sebelum dia muncul.
”Dia berkata, katakan kepada mereka: ’Santai saja. Ada akhir untuk segalanya. Ada hari perhitungan,’” ujar Sara dalam bahasa Filipina.
Oleh ICC, Duterte dituduh melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait perang berdarahnya melawan narkoba, yang menewaskan 6.252 orang dalam operasi anti narkoba polisi selama masa jabatannya dari tahun 2016 hingga 2022. Kelompok hak asasi manusia mengklaim bahwa sedikitnya 27.000 orang menjadi korban pembunuhan dengan gaya main hakim sendiri yang terkait dengan kampanye anti narkoba yang digagasnya.
Sementara itu, dilansir dari NHK, di Kota Manila lebih dari 1.000 orang berkumpul untuk rapat umum yang diadakan oleh partainya dan partai lainnya di Manila untuk mendukung mantan presiden tersebut.
Para pengunjuk rasa menuntut pemerintah memulangkan Duterte, dengan mengatakan penangkapan dan pemindahannya tidak adil. Mereka mengatakan tindakan kerasnya berkontribusi pada peningkatan keamanan di Filipina.
Seorang perempuan yang ikut dalam aksi unjuk rasa bersama suaminya mengatakan, ”Apa yang terjadi saat ini benar-benar keterlaluan.” Ia mengkritik tindakan ICC sebagai penindasan politik, penyalahgunaan kekuasaan, pelanggaran hukum, dan kurangnya proses peradilan.
Penyelenggara protes mengatakan demonstrasi diadakan di 18 lokasi di seluruh negeri. Pasukan khusus polisi terlihat di dekat lokasi di Manila, yang menunjukkan bahwa pemerintah Presiden Ferdinand Marcos Jr alias Bongbong Marcos mewaspadai berbagai aksi unjuk rasa tersebut.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain