Ekonom senior Dr Rizal Ramli saat memberikan keterangan pers mengenai solusi terhadap salah urus tata kelola BPJS di Jalan Tebet Barat Dalam IV, Jakarta Selatan, Rabu (14/11/2018). Menanggapi masalah yang terjadi pada BPJS Ketenagakerjaan yang saat ini menjadi sorotan publik. Rizal menjelaskan, bahwa tak heran jika akhirnya Indonesia saat ini mengalami defisit. Menurutnya, jauh sebelumnya sejumlah negara eropa telah melakukan Social Security Sistem (Sistem Jaminan Sosial) terhadap warga negaranya. UU BPJS 2014 dimulai dengan pembiayaan yang tidak memadai (underfunded) dari pemerintah. Diketahui, BPJS Kesehatan disebut mengalami defisit. Masalah ini dipicu kecilnya iuran peserta yang diterima dibandingkan biaya layanan jaminan kesehatan yang dibayarkan. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Mantan Menteri Koordinator Maritim sekaligus Ekonom senior Rizal Ramli mengungkapkan bahwa angka kemiskinan di era Jokowi memang mencapai satu digit atau 9,66 persen. Akan tetapi, kecepatan pengurangan kemiskinan era Jokowi dinilai paling lambat.

“Speed mengurangi kemiskinan paling lambat di pak Jokowi. karena tidak ada sinkroninasi. Petani disuruh kerja, terus impor gede-gedean, ugal-ugalan itu bikin miskin,” katanya, Kamis (14/2).

Mantan Menko Ekuin ini juga membeberkan, bahwa angka kemiskinan pada zaman kepemimpinan Gus Dur berkurang rata-rata 5,05 juta per tahun, era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebanyak 570 ribu per tahun, Megawati 550 ribu per tahun.

“Zaman Jokowi hanya 480 (ribu),” katanya ditulis Kamis (14/2),

Sebelumnya, Darmawan merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, jumlah penduduk miskin Indonesia berada pada September 2018 sebanyak 25,67 juta orang atau menurun sebanyak 280 ribu orang dari posisi Maret 2018 25,95. Secara presentase angka kemiskinan RI turun dari 9,82 persen menjadi 9,66 persen.

“Kemiskinan paling rendah sepanjang sejarah Indonesia, pengangguran terbuka juga menurun,” jelas Darmawan.

Artikel ini ditulis oleh: