Jakarta, Aktual.com – Tokoh agamawan, filsafat, sekaligus budayawan, Franz Magnis Suseno, bulan ini sepertinya ‘banjir’ penghargaan. Jika pada hari Kamis (13/8) dia menerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Joko Widodo, di hari Sabtunya (15/8), dia kembali mendapat penghargaan dari Rooseno Award V.

Untuk Rooseno Award, dewan penilainya pun mentereng. Sebut saja ada mantan Presiden RI ke-3, BJ Habibie, mantan Ketua Umum Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif, Karlina Supeli, Yudi Latief dan sosiolog Tamrin Amal Tomagalo.

Salah satu dewan penilai, Yudi Latief berpendapat Magnis terus menyuarakan Indonesia sejahtera, sebagaimana yang dicita-citakan dalam Pasal 33 UUD 1945. Dia mengambil contoh menariknya pemikiran Magnis dengan menyuarakan kesejahteraan Indonesia yang sesuai UUD 45.

Kata Yudi, pernah muncul suatu ‘hype’ terhadap buku Megatrends 2000 yang ditulis John Naisbitt. Dimana muncul komentar yang bernada mendukung asumsi buku itu bahwa suatu proses konsumsi yang ditopang oleh kekuasaan organisasi finansial dan bisnislah yang mengembangkan ekonomi.

Namun, kata Yudi, Magnis justru menyerang asumsi seperti itu. Magnis tidak sepakat dengan asumsi ranah konsumsi sebagai penentu pembangunan. “Dia secara terbuka menyerang ranah konsumsi sebagai penentu pembangunan,” ujar dia.

Jika Yudi berpendapat begitu, lain pula penilaian Tamrin. Menurut sosiolog itu, Magnis tidak hanya seorang intelektual, namun juga seorang aktivis demokrasi.

Tutur Tamrin, tiap menjelang pemilu Magnis terus mengimbau dan berkeliling mendorong tiap pemegang hak suara agar benar-benar menggunakan hak suaranya, berpartisipasi dalam konteks demokrasi.

“Magnis berupaya memupuk dan merawat rasa percaya diri dan harapan bahwa sebagai bangsa kita punya kemampuan untuk tidak saja memenuhi hajat hidup rakyat banyak. Tapi juga punya harapan untuk berjaya di masa depan,” ujar Tamrin.

Sedangkan Syafii Maarif, menganggap kecintaan Magnis terhadap bangsa Indonesia bisa jadi telah melebihi rata-rata orang Indonesia sendiri. Lanjut Maarif, Magnis tidak saja belajar tentang Marxisme, tetapi juga mendalami kultur Jawa.

“Sudah banyak jumlah anak didiknya dalam bidang filsafat di Indonesia, suatu sumbangan yang bernilai tinggi bagi proses pencerahan bagi kita semua,” ujar Maarif.

Diketahui, Biro Oktroi Rooseno sudah menyelenggarakan pemberian penghargaan kepada para pelaku penelitian dan tokoh Indonesia sejak tahun 2011. Penghargaan diberikan sebagai upaya untuk melanjutkan semangat dan idealisme Prof Rooseno almarhum yang concerned pada ‘learning by doing’.

Di tahun 2014 lalu, Rooseno Award diberikan kepada BJ Habibie karena dianggap telah memberi inspirasi kepada bangsa Indonesia dan dunia internasional atas semangatnya dalam ilmu pengetahuan, teknologi, penemuan dan paten.

Artikel ini ditulis oleh: