Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia (BI) tak bisa berkutik banyak kala nilai tukar rupiah terus anjlok. Padahal fluktuasi rupiah sudah sangat dalam karena tembus ke level Rp13.600.

Kondisi ini disebut karena pelaku pasar tak yakin dengan perekonomian dalam negeri, sehingga sentimen yang paling dominan masih dari luar negeri.

Hal ini pun diklaim oleh pihak BI bahwa penurunan rupiah itu sebagai bentuk dari kondisi eksternal yang masih bergejolak. Bahkan dengan enteng dia menyebut masyarakat tak perlu panik, karena itu sifatnya sementara.

“Karena pelemahan rupiah yang cukup dalam kemarin itu juga terjadi di banyak negara. Jadi negara-negara di dunia secara umum mengalami mata uang yang
melemah terhadap dolar AS,” ujar Gubernur BI, Agus Martowardojo di Jakarta, Rabu (4/10).

Dengan kondisi rupiah yang masih fluktuatif, BI pun mengusulkan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam RAPBN 2018 di level Rp13.400. Diklaim Agus asumsi tersebut masih sejalan dengan kisaran nilai tukar rupiah yang disampaikan BI dan sesuai dengan fundamental rupiah.

“Kita memahami nilai tukar Rp13.400, walau saat ini Rupiah ada di Rp13.600. Tapi kami hanya melihat ini sebagai suatu kondisi dari pengaruh eksternal dan sifatnya temporary,” ujar dia enteng.

Menurut BI, penguatan dolar AS terjadi seiring dengan pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang sudah menyampaikan lebih jauh rencana reformasi pajak di Negeri Paman Sam tersebut dan kemungkinan besar mendapatkan dukungan dari parlemen.

“Dan The Fed juga menegaskan, kemungkinan peningkatan Fed Fund Rate di Desember semakin kuat, sebelumnya pesannya tidak terlalu kuat,” klaim Agus.
Laporan Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: