Jakarta, Aktual.com – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (5/9) sore, bergerak menguat tipis sebesar empat poin menjadi Rp13.334, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.338 per dolar Amerika Serikat (AS).

Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga, mengatakan bahwa dolar AS berada di bawah tekanan terhadap sejumlah mata uang dunia karena data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang dirilis mengecewakan dan mempertipis prospek kenaikan suku bunga Amerika Serikat.

“Dolar AS sepertinya semakin ‘bearish’ setelah data menunjukkan kenaikan lapangan kerja di Amerika Serikat hanya 156.000 pada Agustus, di bawah prediksi pasar 180.000,” paparnya di Jakarta, Selasa.

Ia menambahkan bahwa data ekonomi Amerika Serikat seperti tenaga kerja yang mengecewakan, inflasi yang lemah, dan drama politik memperburuk situasi sehingga dolar AS berpotensi semakin melemah terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.

Sentimen dari domestik, lanjut dia, mendekati akhir tahun ini Bank Indonesia mungkin semakin leluasa untuk terus melonggarkan kebijakan demi mendukung pertumbuhan apabila inflasi terus melonggar.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2017 mengalami deflasi sebesar 0,07 persen. Dengan demikian, tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Agustus) 2017 sebesar 2,53 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2017 terhadap Agustus 2016) sebesar 3,82 persen.

“Rupiah bergerak stabil terhadap dolar AS yang cenderung melemah di pasar global,” katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini (5/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.336 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.345 per dolar AS.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: