Foto kombo Menkeu Bambang Brodjonegoro memberikan keterangan terkait realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015 di Gedung kemkeu, Jakarta, Rabu (5/8). Realisasi pendapatan negara pada semester pertama mencapai Rp.771,4 triliun atau 43,8 persen sedangkan realisasi belanja negara mencapai Rp.913,5 triliun atau 46 persen dari pagu belanja negara. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/nz/15

Jakarta, Aktual.com —  Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 pemerintah menargetkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp13.400. Hal tersebut menuai tanggapan dari berbagai fraksi partai di DPR, diantaranya pemerintah dianggap terlalu optimis dalam membuat asumsi makro dan tidak memikirkan dampak terburuk kondisi ekonomi global.

Namun Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tidak pernah berdiam diri mengatasi pelemahan rupiah. Menurutnya, pelemahan nilai tukar yang terjadi sejak dua tahun lalu disebabkan rencana normalisasi kebijakan moneter AS dan diperparah dengan kebijakan devaluasi yuan China.

“Kondisi aktual yang terjadi saat ini di pasar mata uang nasional dan global, pasti akan diperhitungkan pemerintah dan BI, juga memperhitungkan langkah antisipatif dan perbaikan. Serta memperkuat fundamental pasar uang nasional,” ujar Bambang dalam Rapat Paripurna DPR RI, Jakarta, Kamis (25/8).

Seperti diketahui, dalam RAPBN 2016 pemerintah menargetkan nilai tukar rupiah terhdap dolar AS sebesar Rp13.400. Angka tersebut dinilai terlalu optimis. Padahal, dalam APBN-P 2015 target nilai tukar rupiah terhdap dolar sebesar Rp12.500 dipastikan tidak tercapai.

Hari ini saja, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp14.072. Rupiah pagi ini melemah 23 poin atau 0,16 persen dibandingkan penutupan pagi tadi yang mencapai Rp14.068.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka