Jakarta, aktual.com – Media pertahanan internasional Janes merilis sebuah laporan pada Senin (14/4/2025) berjudul “Indonesia mulls options after Russia seeks access to air force base”. Dalam laporannya, Janes mengungkap bahwa pemerintah Indonesia telah menerima permintaan resmi dari Rusia untuk menempatkan pesawat-pesawat militernya di wilayah Papua.
“Dalam permintaan tersebut, Rusia berupaya untuk menempatkan beberapa pesawat jarak jauh di Pangkalan Angkatan Udara Manuhua, yang berbagi landasan pacu dengan Bandara Frans Kaisiepo,” tulis Janes.
Pangkalan AU Manuhua sendiri terletak di Kabupaten Biak Numfor, Papua, dan merupakan markas dari Skuadron Penerbangan 27 milik TNI AU yang mengoperasikan pesawat pengintai CN235.
Selain itu, Janes juga melaporkan bahwa informasi mengenai permintaan ini telah dikonfirmasi oleh sumber dari pemerintahan Indonesia. “Sumber terpisah dari Pemerintah Indonesia telah mengonfirmasi kepada Janes bahwa permintaan tersebut diterima oleh kantor Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin setelah pertemuannya dengan Menteri Dewan Keamanan Federasi Rusia Sergei Shoigu pada Februari 2025,” ungkap laporan tersebut.
Namun, Kementerian Luar Negeri RI memberikan bantahan atas kabar adanya permintaan resmi dari pihak Rusia. Dalam keterangannya pada Selasa malam (15/4/2025), Juru Bicara Kemlu Roy Soemirat menyatakan: “Kami belum pernah mendengar mengenai permintaan Rusia untuk menempatkan pesawatnya di pangkalan udara milik Indonesia di wilayah Papua.”
Roy pun enggan memberikan penjelasan lebih lanjut dan hanya mengatakan, “Silakan dapat menghubungi kementerian/instansi terkait.”
Isu ini juga menarik perhatian dari Australia. Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, mengonfirmasi bahwa dirinya telah melakukan komunikasi langsung dengan Menhan RI Sjafrie Sjamsoeddin. “(Dia) mengatakan kepada saya dengan sejelas-jelasnya, laporan tentang prospek pesawat Rusia yang beroperasi dari Indonesia sama sekali tidak benar,” ujarnya, dikutip dari The Guardian.
Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, dalam konferensi pers terpisah juga menanggapi laporan tersebut. “Kami, sebagai pemerintah, telah menghubungi untuk mengonfirmasi laporan tersebut dan untuk mengetahui apakah laporan tersebut akurat atau tidak dan apa status permintaan dari Rusia tersebut,” kata Wong.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, juga menegaskan kembali posisi negaranya terhadap konflik Ukraina-Rusia. “Kami jelas tidak ingin melihat pengaruh Rusia di wilayah kami, sangat jelas,” ucapnya. Ia juga menambahkan, “Kami memiliki posisi, yaitu: kami mendukung Ukraina, kami menganggap (Presiden Rusia) Vladimir Putin sebagai pemimpin otoriter yang telah melanggar hukum internasional, yang menyerang kedaulatan negara Ukraina.”
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain