Teheran, Aktual.com – Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Seyed Ebrahim Rayeesi membahas peningkatan kerjasama kedua negara di sejumlah bidang. Ia bertemu dengan Presiden Iran Seyed Ebrahim Rayeesi di ibukota Iran pada Selasa (19/7).

Dalam pertemuan tersebut, keduanya membahas hubungan terbaru Rusia dan Iran yang berkembang secara siginifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Kedua pemimpin juga memuji hubungan bilateral kedua negara yang mengalami peningkatan secara signifikan, terutama di bidang ekonomi, keamanan, infrastruktur, energi, perdagangan dan industri.

Keduanya juga menyatakan keinginan mereka untuk memperkuat keamanan negara-negara merdeka di kawasan, seperti dikutip dari Kantor Berita Fars.

Presiden Putin mengatakan Iran dan Rusia telah meningkatkan kerja sama di sejumlah bidang, terutama keamanan internasional.

Ia menegaskan bahwa Iran dan Rusia berperan penting dalam menyelesaikan krisis di Suriah.

Sementara Presiden Rayeesi mengatakan Iran dan Rusia sangat bertekad untuk memperluas hubungan dan berharap kerja sama kedua negara dapat terus berkembang.

Rayeesi menambahkan bahwa perkembangan hubungan bilateral kedua negara dapat dilihat secara nyata setelah ia melakukan pertemuan dengan Putin di Moskow dan Ashgabat,

Ia berharap penguatan kerja sama antara Iran dan Rusia dapat terus berlanjut.

Rayeesi menambahkan bahwa kesuksesan kerja sama kedua negara dalam pertempuran melawan terorisme di Suriah telah membuat landasan untuk mempromosikan keamanan dan stabilitas di kawasan.

“Negara-negara di wilayah Asia Barat yang mengaku memerangi terorisme tidak mengambil tindakan efektif mengenai ini, tetapi Republik Iran dan Rusia yang menunjukkan ketulusan dan tekad dalam hal ini melalui kerja sama serius dalam memerangi terorisme”, ujar Rayeesi

Sejak 2011, Suriah dihantui oleh kelompok militan yang didukung asing, akibatnya Daesh (juga dikenal sebagai ISIS atau ISIL) dan kelompok teroris lainnya muncul di negara itu.

Atas permintaan Suriah, Iran menyediakan dukungan penasihat militer dan Rusia melakukan kampanye udara sejak September 2015 untuk lebih meningkatkan kinerja militer anti-teror.

Militer AS telah menurunkan pasukan dan peralatan di wilayah Timur dan Timur Laut Suriah.

Pentagon mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan untuk melindungi tambang minyak di Suriah agar tidak jatuh ke tangan teroris Daesh.

Damaskus memperingatkan bahwa penempatan pasukan tanpa dasar hukum tersebut bertujuan menjarah sumber daya negara dan menyerukan pasukan asing serta tentara bayaran untuk meninggalkan Suriah.

Pemerintah Suriah telah berulang kali mengutuk AS dan Uni Eropa yang melancarkan sanksi ekonomi secara sepihak.

Sanksi itu menjadikan AS dan Uni Eropa bertanggung jawab atas penderitaan masyarakat Suriah.

Damaskus juga mengkritik PBB yang tetap diam atas tindakan destruktif AS dan Uni Eropa yang mendukung terorisme di Suriah.

Sumber : FARS-OANA

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid