Ketua Umum PBNU periode 2010-2021 Prof. KH. Said Aqil Siroj memberikan pidato kebudayaan di Gedung Joeang 45, Jakarta, Jumat (11/8/2023) malam. ANTARA/Fauzi Lamboka
Ketua Umum PBNU periode 2010-2021 Prof. KH. Said Aqil Siroj memberikan pidato kebudayaan di Gedung Joeang 45, Jakarta, Jumat (11/8/2023) malam. ANTARA/Fauzi Lamboka

Jakarta, aktual.com – Ketua Umum Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU) periode 2010-2021, Prof. KH. Said Aqil Siroj, menyebutkan beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh pemimpin nasional menurut pandangan ilmu fiqih.

“Kita harus cerdas, agar mampu melahirkan pemimpin bangsa yang memiliki kualifikasi unggul sesuai dengan syuruthul imam (syarat-syarat pemimpin) menurut fiqih,” ungkapnya dalam pidato kebudayaan di Gedung Joeang 45, Jakarta, pada Jumat malam (11/8/2023).

Dia merincikan syarat-syarat tersebut, yaitu pertama, harus memiliki ilmu (berpengetahuan luas dan mendalam); kedua, harus adil dalam tindakan dan kebijakan; ketiga, harus sederhana dan tidak rakus serta harus mendukung kepentingan masyarakat luas.

Lebih lanjut, keempat, harus memiliki keberanian dalam menghadapi risiko dan harus berstrategi dalam berdiplomasi; kelima, harus menjaga kesehatan fisik dan mental; serta keenam, harus memiliki sifat peduli dan penuh kasih sayang pada masyarakat.

Kiai Said juga memberi peringatan kepada pemerintah dan semua pihak yang memiliki peran dalam bangsa ini bahwa mereka harus siap menghadapi kemungkinan adanya turbulensi politik dan konflik sosial.

“Momentum politik di depan mata, kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini menghadapi kemungkinan rekayasa dan skenario global,” katanya dengan tegas.

Dia juga menyoroti meningkatnya radikalisme dan intoleransi serta penyebaran informasi yang salah dan upaya memecah belah dalam masyarakat. Oleh karena itu, Kiai Said mendorong upaya mitigasi demi menjaga persatuan dan kedaulatan Indonesia.

Kiai Said juga mengharapkan bahwa penyelenggaraan pemilu harus berjalan damai, demokratis, transparan, jujur, adil, dan tanpa kekerasan.

Kiai Said mengajak seluruh warga negara untuk segera melakukan konsolidasi nasional dan membangun kembali konsensus bersama, untuk merajut kesatuan dan persatuan bangsa. Dia juga mengingatkan bahwa perlu dibangun strategi budaya yang komprehensif agar Indonesia tidak kehilangan jati diri dan nilai-nilai yang melekat pada bangsa ini.

Artikel ini ditulis oleh: