Pasuruan, Aktual.com – Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, hadir dalam apel Akbar Hari Lahir (Harlah) ke-93 Nahdlatul Ulama dan Harlah Pancasila di Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu (30/4).

Dalam sambutannya, Presiden RI ke-5 itu menyampaikan pesan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang juga Presiden RI ke-4.

“Gus Dur itu sering memberi pesan pada saya, waktu beliau jadi presiden. Dia mengingatkan saya, agar beliaunya (Gus Dur) dan saya jangan sampai musuhan. Sebab, kalau musuhan, maka negara akan hancur,” kata Megawati.

Makna dari pesan Gus Dur, lanjut putri Proklamator RI Soekarno itu, bahwa nasionalis dan religi harus berjalan selaras. “Jika tidak selaras, maka akan terjadi kehancuran bangsa,” ucapnya.

Pesan Gus Dur tersebut, kata Megawati, merupakan cerminan dari rakyat Indonesia ketika merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, yang mengedepankan keselarasan antara para ulama dan pejuang.

“Makanya, waktu saya kelas 5 SD, saya sering melihat orang pakai kopiah dan pakai sarung ketemu ayah saya (Soekarno/Bung Karno), dan saya tanyakan siapa orang-orang itu? Bung Karno menjawab dengan tegas, mereka itu para kiyai. Mereka-merekalah yang menjaga kedaulatan negara ini. Dan merekalah yang menjaga pancasila,” kata Mega mengenang ucapan ayahandanya.

Oleh sebab itu, Megawati juga menegaskan terkait dengan usulan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila, dianggap hal yang bagus.

“Itu usulan yang bagus,” katanya.

Megawati menjelaskan terkait dengan kelahiran Pancasila sebagai landasan negara Indonesia. Menurut Megawati, Pancasila bukanlah buatan Bung Karno, karena Pancasila itu pemberian dari Allah SWT.

“Perlu diketahui, bahwasanya Pancasila itu bukan buatan ayah saya, Bung Karno. Tetapi, Pancasila adalah Rahmat Allah SWT yang digali dari Bumi Pertiwi, Indonesia,” tegas Mega.

“Yang disampaikan ayah saya, bahwa Pancasila itu hasil renungan dan digali dari kepribadian bangsa Indonesia. Dan ayah saya hanya menyampaikan melalui pidatonya saja,” tutup mega dalam sambutannya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Ahmad H. Budiawan