Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani. AKTUAL/Tino Oktaviano

Kairo, Aktual.com – Dalam diskursus ilmu hadis, ada sebuah pertanyaan seputar jalur periwayatan hadis dari kalangan ahlu al-bait ( keturunan Rasulullah Saw ﷺ) yang tidak banyak ditemukan dalam beberapa kitab-kitab hadis, termasuk enam kitab utama yang biasa menjadi rujukan utama kaum muslimin.

Maulana Syekh Yusri menjawab, bahwa sesungguhnya banyak yang tidak mengetahui bahwa pada tiga abad pertama hijriah, yaitu pada masa kekuasaan Bani Umayyah dan awal Bani Abbasiah -dimana para ulama hadis pada masa itu sedang giat mengumpulkan hadis dari Rasulullah Saw.- para ahlul bait diburu oleh para penguasa dan bahkan dibunuh saat mereka ditemukan.

Hal ini dikarenakan atas kekhawatiran para penguasa pada saat itu akan adanya persatuan umat Islam yang berkumpul untuk mendukung ahlul bait, sehingga dapat membahayakan kedudukan mereka. Lihat saja bagaimana Sayyidina Husein ra. terbunuh?, padahal saat itu, beliau telah menegaskan untuk tidak mencanpuri urusan kekhilafahan Bani Umayyah.
“Biarkan aku menyembah Allah Swt. dimana pun aku berada. Dan aku berjanji untuk tidak mencampuri urusan khilafah “.

Saat itu, Sayyidina Husein ra. dan para pengikutnya tidak diberikan pilihan lain selain membaiat Yazid bin Muawiyyah -yang artinya mengakui kekhilafahan Yazid- atau dibunuh. Sampai akhirnya beliau pun terbunuh.

Para ahlul bait pun tak luput dari laknat dan caci maki para penguasa kala itu. Bahkan mereka memberikan ultimatum kepada para khatib untuk melaknat ahlul bait dalam khutbah-khutbah yang mereka sampaikan, dan pada setiap kesempatan ketika kaum muslimin berkumpul dalam menjalankan syiar agamanya.

Tidak hanya berhenti disitu, mereka pun -dengan sengaja- merubah tata cara melakukan shalat Ied. Mereka mendahulukan khutbah idul fitri (yang seharusnya diakhirkan) sebelum melakukan shalat, agar kamu muslimin dapat mendengarkan laknat dan cacian yang ditujukan kepada ahlul bait Nabi Muhammad Saw.

Perburuan ahlu bait Nabi ini, terutama para ulamanya, berlangsung kurang lebih sekitar 750 tahun. Mereka para ahlul bait bahkan dilarang untuk ikut shalat jum`at, agar tidak ada kaum muslimin yang mengikuti mereka. Mereka terkurung dalam rumah mereka agar tidak ada yang mengenali mereka. Bahkan ketika ada yang mengenali salah satu dari mereka, para penguasa tak segan untuk memburu, menangkap, memenjarakan ataupun membunuhnya.

Dengan alasan kemananan tersebut, dan agar tidak diganggu oleh penguasa, akhirnya para ulama yang mengumpulkan hadis-hadis Rasulullah Saw. menghindari periwayatan hadis dari jalur ahlul bait. Itulah mengapa, kita tidak menemukan banyak hadis yang diriwayatkan oleh mereka. Bukan karena mereka tidak ada, akan tetapi demi tetap menjaga dan mengumpulkan hadis-hadis Nabi Muhammad Saw.
Barulah, pada masa pemerintahan Turki, ahlul Bait kembali muncul di beberapa daerah seperti Maroko, Mesir, dan juga beberapa tempat yang lain. Pada masa itulah, para ahlul bait mulai dapat menghirup udara segar dan dapat hidup dengan tenang, serta dapat menyebarkan ilmu-ilmu yang mereka wariskan dari kakek moyangnya hingga ke baginda Nabi Muhammad Saw.

Maka dari itu, dalam 700 tahun ini, kita akan menemukan para perawi hadis adalah kaum Asyraaf (para keturunan Nabi ﷺ) dimana sebelumnya tidak dinisbahkan kepada mereka. Dan pada masa Khilafah Utsmaniyyah lah, para penguasa membiarkan ahlul bait hidup dalam kebebasan.

Inilah alasan mengapa kemudia para Imam-imam hadis semisal Imam Bukhori dan juga yang lainya, tidak dicela karena hal tersebut, yaitu tidak banyak memasukkan perawai dari kalangan ahlul bait.

Imam An-nasai (pengarang kitab sunan nasa’i), ketika beliau pergi ke Syam, beliau menemui sekumpulan orag yang samgat fanatik terhadap Mu`awiyah dan membenci Sayyidina Ali ra. Mereka mengatakan:

“Riwayatkanlah pada kami hadis -hadis dari Nabi Muhammad Saw”.
Beliau pun mengadakan majelis-majelis hadis di Syam, dan membacakan pada mereka keutamaan-keutamaan Sayyidina Ali ra. dalam buku yang berjudul “Khashaaish Ali”. Ketika selesai dari majelisnya , mereka berkata kepada Imam An Nasa’i, “Riwayatkan pada kami hadis-hadis tentang keutamaan Mu`awiyah”.

Kemudia Imam an-Nasaai berkata: ” Tidak ada yang aku dapati kecuali hadis: “Allah tidak Mengenyangkan perutnya ( ( ما أشبع الله بطنه”..

Para hadirin pun mulai memukuli beliau, padal saat itu beliau sudah lanjut usia yaitu, di atas 80 tahun. Setelah kejadian itu, Imam an-Nasai pun keluar dari kota Syam bersama satu kafilah yang akan melaksanakan ibadah haji dalam keadaan sakit, lalu meninggal di Makkah dan dikuburkan antara bukit Safa & Marwah.
Itu hanya satu dari banyak kisah, bagaimana seorang ulama hadis pada masa itu diperlakukan tidak semestinya hanya karena mengungkapkan keutamaan ahlul bait Nabi Saw.

Karena itu, patutlah kita melihat dan memahami terlebih dahulu peristiwa dan kondisi pada masa itu sebelum menghukumi apa yang terjadi saat ini. Karena bagaimanapun, di setiap masa, pastilah ada keadaan atau kondisi yang mempengaruhi peristiwa yang terjadi. Wallahu A’lam.

Laporan: Abdullah alYusriy

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid