Hunian terintegrasi dengan stasiun cisauk. Foto: ist

Jakarta, aktual.com – Baru-baru ini Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, mengatakan bahwa Stasiun Cisauk merupakan salah satu contoh integrasi antar moda transportasi yang baik. Selain KRL, Stasiun Cisauk juga terintegrasi dengan Terminal Shuttle Bus BSD Link, Pasar Modern, hingga fasilitas pendukung komuter dengan sepeda. Menurutnya, hal tersebut senada dengan upaya Kementerian Perhubungan mendorong para komuter memilih menggunakan transportasi massal yang saat ini baru mendekati 30 persen dari prosentase idealnya sebesar 60 persen dibandingkan kendaraan pribadi.

Selaras dengan pernyataan Menteri Perhubungan tersebut, Project Director Cisauk Point Teguh Waskitha yakin bahwa Cisauk Point yang berada tepat di sebelah Stasiun Cisauk, terintegrasi dengan moda transportasi massal tersebut, dapat berkontribusi dalam mendukung mobilitas masyarakat Tangerang atau dari wilayah Jakarta dan sekitarnya, begitu pula sebaliknya.

“Cisauk Point dengan pengembangan properti berkonsep Transit Oriented Development (TOD) yang terintegrasi dengan sistem transportasi massal bersifat multimoda, seperti KRL dan bus. Diharapkan, masyarakat yang terbiasa dengan kendaraan pribadi dapat beralih ke transportasi massal karena kemudahan akses transportasi. Selain itu, interkoneksi antarmoda ini dapat menekan biaya transportasi para pekerja dan daya tempuh lebih efisien,” ungkapnya melalui keterangan persnya di Jakarta, Jumat (23/10).

Teguh mengungkapkan bahwa Cisauk Point adalah produk kerja sama antara PT Adhi Commuter Properti yang merupakan subsidiary dari PT Adhi Karya (Persero) Tbk dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang mengembangkan lahan seluas 1,65 Ha, berada di sisi stasiun KRL Cisauk dan terminal intermoda Cisauk.

Bangunan lama Stasiun Cisauk yang merupakan peninggalan Staatsspoorwegen -perusahaan kereta api di era kolonial Hindia Belanda- telah dinonaktifkan dan digantikan dengan bangunan di sisi selatan peron stasiun sehingga jalur 1 berada di sisi selatan. Bangunan lama stasiun yang sudah tidak lagi dipergunakan untuk keberangkatan dan kedatangan penumpang, kini telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur PT KAI.

Saat ini Stasiun Cisauk telah selesai menjalani renovasi besar-besaran dan sudah beroperasi sejak 1 Februari 2019. Stasiun Cisauk juga memiliki fasilitas yang jauh lebih lengkap dan sudah bertaraf internasional dengan gaya arsitektur minimalis futuristik, lengkap dengan fasilitas khusus ibu menyusui, toilet, fasilitas difabel, dan skywalk untuk menyeberangi rel.

“Kami juga memberikan kenyamanan bagi para komuter dalam menjangkau akses moda transportasi dan menuju ke Cisauk Point dengan membangun jalur pedestrian yang dilengkapi taman kota sepanjang 200 meter,” ujar Direktur Pemasaran PT Adhi Commuter Properti Indra Syahruzza.

Cisauk Point, sambung Teguh, telah dilengkapi dengan pelbagai fasilitas kota, seperti coworking space dan fitness area. Di samping itu, Cisauk Point berdekatan pula dengan area komersial dan pendidikan. Sebut saja, Pasar Modern Intermoda, Indonesia Convention Exhibition, AEON Mall, The Breeze, Unika Atma Jaya, dan Universitas Prasetiya Mulya.

“Cisauk Point sebagai proyek mixed-use bersama PT KAI (Persero) akan dibangun 4 tower apartemen sebanyak 26 lantai dengan total hunian sebanyak 2.305 unit dan area komersial,” imbuhnya.

Kelebihan lainnya dari Cisauk Point yaitu jaraknya yang cukup dekat dengan Jakarta, “Ke daerah Kebayoran Lama misalnya, dapat kita tempuh hanya 30 menit saja,” tandas Teguh.

Selain itu, mengenai spesifikasi unit di Cisauk Point, terdapat dua tipe, yaitu tipe Studio dengan luas 24,4 meter persegi dan 1 BR 35 meter persegi. “Tipe ini mengikuti dari kebutuhan mereka yang memerlukan hunian simpel namun strategis. Untuk harga perdana, tipe studio ditawarkan dengan harga Rp 360 jutaan,” ujarnya.

Teguh menambahkan bahwa Cisauk Point telah dibangun sejak Agustus 2019. Sesuai dengan perencanaan, topping off Tower Sapphire akan dilaksanakan pada tahun 2021.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Zaenal Arifin