Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (1/7). Pada perdagangan terakhir sebelum libur Lebaran IHSG ditutup melemah 0,90 persen atau 45,07 poin ke level 4.971,58, meski demikian IHSG sempat menguat ke level 5.039,69 sebagai imbas dari pemberlakuan kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/pras/16.

Jakarta, Aktual.com – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (USD) pada perdagangan hari ini diperkirakan masih akan melakukan pelemahannya. Pasalnya, pelaku pasar masih akan mengkoleksi USD seiring masih adanya sentimen global yang negatif.

Menurut analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, jelang diumumkannya data ketenagakerjaan dari The Fed membuat sejumlah mata uang lainnya cenderung melemah. Termasuk laju rupiah yang kembali melanjutkan pelemahannya.

Apalagi di China, adanya data neraca perdagangan yang mencatatkan surplus menjadi USD 52.3B dari bulan sebelumnya yang sebesar USD 41.8B memang berada diatas ekspektasi. Namun demikian, secara individual nilai ekspor dan impornya justru mengalami penurunan, sehingga dapat menekan yuan.

“Keadaan tersebut dimanfaatkan para pelaku pasar untuk kembali mengakumulasi USD. Sehingga membuat laju USD cenderung kembali naik,” tandas Reza dalam analisis hariannya, Selasa (9/8).

Reza menambahkan, kendati data cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi USD 111.4 miliar dari bulan sebelumnya di level USD 109.79 miliar, namun ternyata keadaan ini tidak terlalu berdampak terhadap laju rupiah.

“Rupiah masih berpotensi lanjutkan pelemahannya. Dengan rentang support di angka 13.162 serta level resisten di kisaran 13.108. Tetap cermati sentimen yang ada,” tandas dia.

Sebelumnya, pihaknya memang menyampaikan bahwa rupiah terlihat masih mencoba untuk berbalik menguat di akhir pekan lalu. Apalagi setelah adanya rilis pertumbuhan ekonomi kuartal II-2016 yang jauh lebih baik dibanding kuartal sebelumnya.

“Namun faktanya, meski terdapat potensi penguatan rupiah, tetap masih terhalangi oleh pelemahan mata uang lainnya terhadap USD. Sehingga dapat memengaruhi laju rupiah yang cenderung kembali terkonsolidasi,” ungkap dia.

 

Laporan: Bustomi

Artikel ini ditulis oleh: