Pemerintah RI mengirimkan lebih dari 20 ton bahan pangan sebagai bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Rohingya. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto menyindir sikap pemerintah Indonesia yang terkesan kurang tegas dalam menghadapi krisis kemanusiaan di Myanmar. Menurutnya, pengiriman bantuan berupa makanan ke negara tersebut sangat kental dengan nuansa politik.

Prabowo berpendapat bahwa tindakan pemerintah tersebut kontras dengan kondisi keuangan negara yang justru tengah dilanda utang yang terbilang besar.

“Kalau kita kirim bantuan, menurutnya saya itu pencitraan, bantuannya pun kadang nggak sampai,” kata Prabowo ketika berorasi dalam ‘Aksi Bela Rohingya 169’ di kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (16/9).

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo telah mengirim bantuan kemanusiaan untuk pengungsi etnis Rohingya di perbatasan Bangladesh-Myanmar pada Rabu (13/9).

Adapun bantuan tersebut berupa beras, makanan siap saji, tangki air, tenda, pakaian anak dan selimut seberat 34 ton yang dibawa menggunakan pesawat Hercules TNI dari Bandara Halim Perdanakusuma.

Di sisi lain, mantan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus ini menghimbau agar masyarakat Indonesia menyikapi isu Rohingya dengan sejuk dan tenang. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, jelasnya, sangat penting untuk menunjukkan aksi-aksi santun yang tidak mencoreng nama baik agama Islam.

“Saya harus kasih tahu agar enggak emosional, kita harus tunjukan Islam yang sejuk, tenang dan melindungi seluruhnya,” jelasnya.

Menurutnya, pembantaian yang dialami oleh warga beretnis Rohingya tidak dapat dijadikan alasan bagi umat muslim untuk menyebarkan kebencian terhadap pihak lain, khususnya kepada umat Budha di Indonesia. Sebagai informasi, mayoritas penduduk Myanmar merupakan pemeluk agama Budha.

“Kalau mereka menindas umat muslim, kita harus menunjukan Islam tidak boleh menebarkan kebencian. Itu Islam yang akan berjaya, dihormati dan disegani dia seluruh dunia,” sambungnya.

Teuku Wildan A.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Teuku Wildan
Editor: Arbie Marwan