Jakarta, Aktual.co — Assallamualaikum Wr Wb. Dalam politik, teman bisa menjadi lawan. Pun sebaliknya lawan juga bisa menjadi kawan. Saudaraku, politik dalam harfiahnya adalah siasat atau strategi untuk meraih kekuasaan demi suatu tujuan. Oleh karena itu, ‘hitam putih’ politik tergantung siapa pemerannya.

Dulu niatnya untuk tegaknya syariat Allah SWT, tetapi kemudian terjungkal karena godaan dunia. Dulu sangat rendah hati dan sederhana pada sahabat-sahabatnya, tetapi setelah berkuasa yang ada adalah keangkuhan.

Bukan lagi kemuliaan yang diperjuangkan tetapi kekuasaan. Partai pun jadi mesin ATM, “Siapapun kan didukung asalkan yang penting bayar”. Bendera Islam pun jadi jualan, sogokan dibahasakan “hadiah bahkan infak”.

Mirisnya lagi, nasihat dan Ulama didekati dan didengar hanya saat ada maunya tetapi setelah mereka terpilih, watak aslinya malah yang tampak. Kalau ada kemuliaan itu, hanya ada di kamera untuk pencitraan.

Diperintahkan bawahannya untuk memperhatikan tugas dan rakyatnya, malah dirinya terjun turun mengurus partainya.

Saudaraku, sungguh semakin berat keadaan negeri ini. Tidak heran bencana demi bencana terjadi sebagai teguran, namun seyogianya tidak pernah diindahkan.

Dalam ayat yang disampaikan, “Dan apabila Kami hendak membinasakan penduduk suatu negeri, Kami perintahkan para penguasa untuk amanah taat namun mereka memperkaya diri dan berbuat maksiat, maka berhaklah negeri itu dibinasakan, lalu kami menghancurkannya sehancur-hancurnya.” (QS Al Isra: 16).

“Dan tidaklah mereka memperhatikan bahwa mereka ditegur dengan musibah sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak juga bertaubat dan tidak pula mau mengambil pelajaran?” (QS At Taubah 126).

Allahu Akbar!. Semoga suatu saat Allah SWT hadirkan di negeri tercinta ini pemimpin teladan, istiqomah dalam ketakwaan kepada-Mu, Ya Allah, dan mengajak kami takut kepada-Mu. Amiin. (Ceramah Ustad Arifin Ilham)

 

Artikel ini ditulis oleh: