Ahmad Himawan
Ahmad Himawan

Jakarta, aktual.com – Dalam “kitab sirrul asror”  karya Sultonul Auliya Seikh Abdul Qodir Jailani quddisa asroruhu di bab yang  ke 2 Membahas tentang ” fi bayani roddil insani ila asfalis saafilin”  menjelaskan turunnya derajat manusia ke alam yang terbawah yang sebelumnya tinggal di surga. Di dalam bab tersebut dikatakan bahwasanya ada empat alam manusia yaitu alam” mulki “(dhohir) alam “malakut”. Alam ” Jabarut” dan alam ” laahut.” Alam  terakhir ini adalah yang tertinggi sehingga malaikatpun tidak dapat memasukinya. Hal ini dijelaskan pada peristiwa mi’raj nya Nabi besar Muhammad SAW. Dimana pada saat itu  malaikat Jibril tidak sanggup mendampingi masuk sampai ke ” Sidratul Muntaha” Dan hanya sanggup   mendampingi  beliau hingga  sampai dilapisan  ke 7 saja.

Demikian juga Sayyed Husein Nasr menjelaskan di dalam buku “idea of sacred knowledge.”  (Scientia sacra) bahwasanya manusia adalah satu satunya mahluk yang diciptakan oleh Allah yang paling ” eksistensialis” . Maksud dari eksistensilias disini yaitu manusia ini bisa turun naik martabatnya. secara spiritual bisa naik melebihi malaikat ( احسن التقويم) dan disisi lain manusia juga bisa jatuh turun ke dasar yang paling bawah derajatnya bahkan dibawah melampaui  hewan (اسفل سافلين)

Kenapa hal ini bisa terjadi.? Hal ini bisa terjadi karena manusia telah melakukan kesalahan yang meminjam istilah Nazarudin Umar disebut dengan ” Skandal spiritual.”

Spiritual adalah suasana batin kita, atau usaha untuk menjalin komunikasi kita dengan Tuhan. Antitesa atau lawan dari spiritual adalah  lahiriah, materi, pragmatis atau logika.

Sedangkan arti kata  “skandal” (gate) adalah perbuatan yang memalukan; perbuatan yang bisa menurunkan martabat seseorang.

Maksud dari skandal  spiritual di sini adalah suasana kebathinan “semu” yang dialami oleh seseorang . Seolah olah kita melahirkan perbuatan yang bathin tapi tujuannya sebenernya adalah untuk lahiriah. Hal ini muncul karena kita meng “claim” orang yang paling soleh dan suci. Spiritual skandal tidak akan kelihatan kecuali jika ditampakkan. Akan tetapi skandal spiritual ini bisa dirasakan. Diantaranya rasa bersalah (guilty feeling) yang bersifat horisontal jika di lakukan kepada sesama manusia dan juga perasaan berdosa (sense of sin) yang bersifat  vertikal kepada Allah.

Skandal spiritual ini muncul ketika diri ini  mengatakan Adalah orang yang paling suci sebagaimana Iblis dan malaikat pernah terjebak dan akhirnya terjadilah skandal spiritual ini. di dalam alquran diabadikan pada surat al Baqarah (2:30). Yaitu ketika Allah berfirman hendak menciptakan manusia sebagai kholifahnya di muka bumi. Tapi malaikat mengaku mereka telah bertasbih kenapa masih perlu menciptakan manusia yang bisanya hanya menumpahkan darah ?

ونحن نسبح بحمدك و نقدس لك قال اني اعلم ما لا تعلمون

Artinya:

Kami senantiasa bertasbih dan mensucikan Engkau, Tuhan berfirman: sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui. [al-Baqarah:30]

Bahkan lebih parah lagi iblis karena mengaku lebih mulia karena berbahan baku dari api. Sedangkan Adam as. Bahan baku penciptaanya dari tanah. Dan ketika diperintahkan oleh Allah untuk bersujud iblis menolaknya.  sejak saat itu iblis diturunkan derajatnya ke dasar yang paling bawah. Namun Masih beruntung malaikat, karena ia  masih mau bersujud namun tetap di turunkan satu level derajatnya yaitu hanya bisa berada di sekitar baitul makmur yang sebelumnya berada di  arsy nya Allah.

Lantas bagaimanakah untuk menghindari agar tidak terjadi “skandal spiritual” ini. Caranya dengan bersikap tawadhu’ Yaitu merendahkan diri. Bukan sebaliknya menyombongkan diri, merasa orang yang “paling”.

Hikmah kisah ini sudah lama di sampaikan kepada kita semua dalam kitab suci maupun dalam lembaran catatan sejarah. Banyak sekali kejatuhan person atau ataupun rejim sekalipun  disebabkan oleh sikap  congkak ataupun sombong baik secara dhohir maupun yang bathin. Semoga kita bisa menghindarinya. wallah  a’lamu.

(Penulis adalah Dosen STPDN Rangkas dan Direktur Lazar Jak sel)

 

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eko Priyanto