Skenario Cina rebut kuasa tambang dan bahan mentah, tawarkan pinjaman besar-besaran berbunga rendah disertai dengan bantuan pasukan insinyur dan tenaga kerjanya. (ilustrasi/aktual.com)

Kebutuhan Cina terhadap tambang dalam 30 tahun mendatang diperkirakan melampau kapasitas produksinya lima kali lipat. Dalam proyeksi para pakar, Cina membutuhkan 5,3 sampai 5,6 juta ton tembaga pada 2023. 1,3 juta ton alumunium pada 2028.

Saat ini Cina tercatat sebagai konsumen baja terbesar di dunia. Pembeli bahan tambang tembara terbesar, dan pembeli terbesar kedua bijih besi, dan pembeli terbesar ketiga alumunium, yang digunakan untuk mesin lebur untuk memproduksi alumunium.

Cina juga konsumen karet terbesar dari Thailand, Jati dari Myanmar, tembaga dari Cile dan Filipina, kobah dari Kongo, dan bubur kayu serta kertas dari Indonesia. Untuk mengamankan pasuokan semua bahan yang beragam ini, Cina menerapkan strategi dua tahap. Mengambil hati pemerintah-pemerintah asing, lalu mrngurung perekonomian negara sasaran.

Langkah pertama, Cina menawarkan pinjaman besar-besaran berbunga rendah sebagai umpan. Yang disertai dengan bantuan pasukan insinyur dan tenaga kerjanya yang sangat banyak itu. Dengan dalih untuk membantu negara peminjam untuk mengembangkan infrastrukturnya. Seperti pembangunan jalan, waduk, hotel, stadion, geudung-gedung parlemen, istana, kemampuan membangun satelit dan jaringan-jaringan telekomunikasi,

Untuk mendukung hal itu, pemerintah CIna dalam tiga dasawarsa terakhir, menyebarkan lebih dari seribu perusahaan Cina , baik swasta maupun milik negara, ke pasar konstruksi luar negeri bersama sekitar tiga juta buruh bangunan.

Dengan didukung pinjaman berbunga rendah yang disubsidi besar-besaran oleh pemerintah Cina, maka modal keuangan perusahaan konstruksi Cina baik swasta maupun milik negara, berhasil menembus pasar luar negeri. Kemudian pemerintah Cina menggunakan dana itu untuk memperoleh pengaruh politik dan ekonomi di negara-negara yang sedang berkembang, dan juga mendukung pembelian peralatan dan tenaga buruh dari Cina.

Pada perkembangannya kemudian, Cina menggunakan modal keuangan dan sumberdaya manusianya untuk pengembangan kegiatan-kegiatan penggalian dan pemungutan panen, serta pengangkutan sumberdaya alam untuk di bawa ke negerinya. Untuk dijadikan menproduksi barang-barang dengannilai tambah yang lebih tinggi.

Dengan bantuan ekonomi menurut skema Cina ini, membawa edek sampingan yang menguntungkan Cina, yaitu memberi lapangan kerja bagi buruh-buruh asal Cina. Dengan makna lain, strateg gloibal Cina yang bertumpu pada pembangunan massal di bidang infrastruktur, ke dalam negeri berfungsi juga sebagai katub pengaman politik.

Dengan begitu, pinjaman luar negeri dan iming-iming investasi digunakan Cina untuk mempermudah usaha patungan sepihak yang bertujuan menggali sumberdaya alam secara besar-besaran. Sehingga Cina secara sistematis merampas bahan-bahan mentah dan sumberdaya alam dari berbagai negara saraya menutupi biaya sumberdaya dan bahan baku dengan menual barang-barang jadi yang murah ke negara-negara mitra.

Sambil berusaha menyingkirkan buruh-buruh pribumi negara setempat yang menimbulkan pengangguran lokal besar-besaran. Sknenario ini, berdasarkan studi Peter Navarro, sudah dijalankan secara efektif dan mengerikan di Afrika dan Amerika Latin.

Hendrajit, Redaktur Senior.