Buruh melakukan bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Minggu (7/8). Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2016 terhadap triwulan II 2015 (yoy) berhasil tumbuh 5,18 persen, adanya realisasi investasi sebesar Rp 151,6 triliun atau naik 3,5 persen di Indonesia salah satunya berpengaruh pada Produksi semen yang mencapai 14,4 juta ton, naik 3,34 persen (qtq) atau 7,82 persen (yoy). AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur Emma Sri Martini menilai investor pembiayaan syariah dari luar negeri tidak akan terganggu dengan persoalan geopolitik yang saat ini sedang melanda di kawasan Timur Tengah.

“Uang biasanya mengalir kepada yang memberikan ‘return’ tinggi dan Indonesia yang baru mendapat ‘upgrade’ sebagai layak investasi malah mendapatkan keuntungan,” kata Emma dalam pemaparannya di Jakarta, Rabu (7/6) malam.

Ia memastikan investor pembiayaan syariah yang kebanyakan berasal dari Timur Tengah justru akan melihat Indonesia sebagai salah satu tempat yang ideal untuk melakukan investasi.

Minat investor ditekankan tidak akan berkurang karena potensi risiko yang dimiliki Indonesia sangat rendah dibandingkan situasi di wilayah Timur Tengah yang sedang memanas.

“Investor mengharapkan ‘return’ tinggi dan kita tidak bisa memberikan ‘return’ itu, hanya ‘commercial return’. Tapi minat dan segala macam tidak terpengaruh, karena dana mencari potensi ‘risk’ sangat rendah dan Indonesia punya posisi itu,” kata Emma.

Meski demikian, ia mengakui minat investor pembiayaan syariah dari luar negeri ke Indonesia masih kecil karena pasar industri keuangan syariah yang belum begitu besar.

Untuk itu, PT SMI sejak Maret 2017 telah membentuk Unit Usaha Syariah yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada dana syariah jangka panjang untuk disalurkan ke pembangunan infrastruktur.

Pendirian unit ini juga bertujuan untuk memberikan pilihan alternatif pendanaan bagi entitas-entitas seperti developer, kontraktor maupun manufaktur yang ingin memanfaatkan pembiayaan syariah.

“Kita mulai merangkul pemain lama perbankan syariah, dan karena masih dinilai ‘high risk’, kita saling melengkapi mulai dari sisi ‘size’, risiko, hingga pengetahuan, agar mereka nyaman masuk infrastruktur,” kata Emma.

Meski baru terbentuk, unit usaha ini sudah mengincar pembiayaan syariah untuk tiga proyek pembangunan infrastruktur dasar yaitu jalan tol, kilang migas dan ketenagalistrikan.

“Yang sudah maju proses persiapan dan koordinasi teman-teman di lapangan dengan pemilik proyek, diantaranya tiga proyek ini. Untuk komitmen dan ‘disburst’ nanti kita sesuaikan dengan kemajuan proyek,” ungkap Emma.

Saat ini industri keuangan syariah di Indonesia berpotensi makin berkembang, dengan total aset pada akhir 2016 telah mencapai Rp891,86 triliun serta tingkat pertumbuhan aset rata-rata sebesar 23 persen per tahun. (ant)

Artikel ini ditulis oleh: