Jakarta, Aktual.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengintensifkan penelurusan atas kasus dugaan kebocoran data paspor milik 34.900.867 warga negara Indonesia.
Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika (Dirjen Aptika) Kemenkominfo Semuel Abrijani Pangerapan menyatakan, tim-nya masih bekerja menganalisis dan belum dapat menyimpulkan bahwa telah terjadi kebocoran data pribadi terkait kasus tersebut.
“Kesimpulan ini diambil setelah dilakukan beberapa tahap pemeriksaan secara hati-hati terhadap data yang beredar. Penelusuran dan penyelidikan masih akan terus dilakukan secara mendalam dan perkembangan hasil penyelidikan akan disampaikan kemudian,” ujar Semuel dikutip dari siaran persnya yang diterima dikutip, Kamis (6/7).
Kemenkominfo menjanjikan akan merilis hasil temuan dari penelusuran yang dilakukan setelah mendapatkan informasi lebih mendalam.
Selain melakukan penelusuran lebih lanjut, langkah lainnya yang telah Kemenkominfo tempuh dalam penanganan dugaan kebocoran data paspor ini ialah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait di antaranya Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), serta Direktorat Jenderal Imigrasi dari Kementerian Hukum dan HAM.
Di samping itu, Kemenkominfo mengingatkan agar seluruh penyedia sistem elektronik lainnya serta pengelola data pribadi bisa meningkatkan kewaspadaan untuk melindungi keamanan data pribadi pengguna layanannya.
“Kementerian Kominfo meminta agar seluruh penyedia platform digital dan pengelola data pribadi, makin meningkatkan keamanan data pribadi pengguna sesuai ketentuan perlindungan data pribadi yang berlaku serta memastikan keamanan sistem elektronik yang dioperasikan,” tutup Semuel.
Sebelumnya, sebanyak 34 juta data paspor Indonesia diduga dibocorkan dan diperjualbelikan, informasi tersebut diungkap oleh praktisi keamanan siber Teguh Aprianto melalui cuitan di akun Twitternya @secgron.
Teguh menjelaskan, data informasi yang bocor di antaranya adalah nomor paspor, tanggal berlaku paspor, nama lengkap, tanggal lahir, dan jenis kelamin serta diketahui bahwa data tersebut dijual seharga 10 ribu dolar AS atau sekitar Rp150 juta.
Terdapat pula informasi mengenai kapasitas data compressed dan uncompressed sebesar 4GB, jumlah data sebesar 34.900.867, dibobol pada Juli 2023, format CSV, dan negara asal yaitu Indonesia.
Ditjen Imigrasi menjadi pihak pertama yang menanggapi temuan itu dan mengatakan penelusuran dilakukan setelah menerima kabar kebocoran data.
Sejauh ini Ditjen Imigrasi mengatakan data paspor saat ini berada dalam Pusat Data Nasional (PDN) yang dikelola Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Menanggapi hal itu, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Usman Kansong mengatakan dalam penelusuran awal didapati perbedaan struktur data antara yang ada di PDN dengan yang data beredar.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu