Jakarta, Aktual.co — Belum lama beredar bocoran proyeksi kabinet Jokowi-JK yang menyebutkan bahwa Sofyan Djalil ditunjuk sebagai Menko Perekonomian. Nama mantan Menteri BUMN di era SBY-JK ini muncul di tengah redupnya nama-nama seperti Sri Mulyani, Darmin Nasution, Kuntoro Mangkusubroto, Chatib Basri dan Sri Adingsih. 
Peneliti Lingkar Studi Perjuangan (LSP) Gede Sandra menilai meredupnya nama-nama itu kemungkinan karena terseleksi KPK-PPATK. Ataupun karena terus dikritisi publik tentang ideologi neolib mereka. 
“Ini adalah suatu advonturisme politik dari JK. Kita tahu bahwa Sofyan Djalil bukanlah orang yang mengerti makro ekonomi, kompetensi yang bersangkutan tidaklah pas dengan posisinya. Tapi mungkin karena ia sangat loyal kepada JK jadi seolah dipaksakan ditempatkan di sana (menko ekonomi),” kata Gede kepada Aktual.co, Jumat (24/10).
Seperti diketahui, sambungnya, bahwa Sofyan Djalil adalah orang pasar modal dan lebih memahami mikro dibanding makro ekonomi. Namun yang perlu disoroti di sini adalah hubungan Sofyan Djalil dengan Skandal Century, karena yang bersangkutan pernah diperiksa KPK dua kali (tahun 2010 dan 2014) terkait skandal ini.
“Yang juga perlu kita tanyakan di sini adalah mengapa JK memaksakannya menjadi menko perekonomian? Sofyan ini sebenarnya adalah “The Right Man on the Wrong Place”. Seharusnya Jokowi tidak perlu berjudi dengan nasib perekonomian Indonesia di saat situasi ekonomi dunia masih di bawah bayang-bayang resesi,” tambahnya.
Berhembus kabar bahwa meskipun JK kerap mengaku tidak mau menjadi RI-1, tapi pada prakteknya ia ingin kendalikan semuanya, dari menteri-menteri yang penting dalam ekonomi, bahkan hingga termasuk ajudan-ajudan di sekeliling Jokowi. Sehingga dapat kemudian dibaca bahwa niat JK yang sesungguhya adalah, tetap, menjadi “The Real President”.