Ribuan buruh membawa poster saat melakukan aksi long march menuju Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (30/10/2015) . Para buruh menilai peraturan PP no 78 tahun 2015 tentang Pengupahan tidak berpihak kepada buruh.

Jakarta, Aktual.com — Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) menyoroti anjolknya harga minyak dunia yang saat ini berada di kisaran 30 dolar AS per barel karena dicemaskan dapat membuat ribuan buruh migas terancam PHK.

“Anjloknya harga minyak dunia saat ini hingga ke kisaran 30 dolar AS/barel yang merupakan level terendahnya sejak tahun 2004, akan membuat perusahaan-perusahaan minyak di dunia mengalami kerugian dan terancam melakukan PHK besar-besaran di sektor migas,” kata Presiden KSBSI Mudhofir Khamid dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (29/1).

Menurut Mudhofir Khamid, anjloknya harga minyak dunia diperkirakan disebabkan oleh beberapa hal antara lain karena kebijakan ekonomi Amerika yang menjaga harga minyak rendah akibat dari politik luar negeri Amerika di Timur Tengah yang menyebabkan produksi minyak yang berlebihan.

Selain itu, ujar dia, hal lainnya adalah akibat perlambatan perekonomian di Republik Rakyat Tiongkok yang membuat pasoka minyak semakin berlebih dan harga minyak semakin tertekan mengingat negara tersebut merupakan salah satu konsumen minyak terbesar dunia.

Ia berpendapat bahwa meskipun saat ini Indonesia tidak lagi menggantungkan pendapatan pada sektor migas sebagai pendapatan utama, akan tetapi anjloknya harga minyak dunia tersebut akan berpengaruh pada industri migas nasional.

Melihat sinyalemen harga minyak dunia yang semakin melemah tersebut dan berdampak pada industri migas nasional, KSBSI meminta kepada pemerintah untuk segera mengantisipasi dan membuat kebijakan yang melindungi buruh yaitu rakyat Indonesia yang bekerja di sektor migas dan juga melindungi pengusaha sebagai penyedia produk energi migas yang menyediakan lapangan kerja.

“Belajar dari situasi perlambatan ekonomi Indonesia pada akhir tahun lalu, pemerintah agar memberikan kebijakan berupa insentif bagi industri migas agar dapat bertahan dalam situasi ini,” katanya.

Menurut dia, dengan berjalannya intensif tersebut, kebijakan untuk menghindari PHK di sektor industri migas dapat berjalan, serta semua pihak harus dapat memahami kondisi permasalahan global ini.

Sebagaimana diwartakan, harga minyak dunia naik pada Kamis (Jumat pagi WIB), setelah Rusia mengatakan bahwa ia dapat mengadakan pertemuan dengan OPEC atas kemungkinan pemangkasan produksi minyak mentah yang bisa mencapai sebanyak lima persen per negara.

Namun lonjakan tajam harga di awal perdagangan dikupas lebih dari setengahnya setelah keraguan tentang kemungkinan itu meningkat di pasar.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik 92 sen menjadi berakhir di 33,22 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Maret, patokan Eropa, menetap pada 33,89 dolar AS per barel di London, naik 79 sen dari penutupan Rabu. Sebelumnya, Brent mencapai tertinggi tiga minggu hampir 36 dolar AS per barel.

Menurut kantor berita Rusia, Menteri Energi Alexander Novak mengatakan bahwa Moskow siap untuk mengambil bagian dalam pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bertujuan untuk membangun kemungkinan “koordinasi”.

Alexander Novac juga mengatakan pembicaraan bisa tentang pemotongan produksi sampai lima persen per negara, sebuah tindakan yang secara tajam akan memperketat pasokan minyak mentah internasional.

Julian Jessop, kepala riset komoditas di Capital Economics, mengatakan usulan itu “harus dianggap serius” karena Rusia dan Arab Saudi masing-masing menghasilkan sekitar 10 juta barel per hari, yang mewakili hampir 20 persen dari pasokan global.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Arbie Marwan