Petugas kapal tunda Pelindo I memonitor Kapal Pesiar MS Silver Discoverer berbendera Bahamas yang membawa 80 wisatawan dari Eropa, ketika meninggalkan Pelabuhan Belawan, di Medan, Sumatera Utara, Minggu (13/11). PT Pelindo I di tahun 2017 akan mengoptimalkan kunjungan kapal pesiar wisata, yang masuk ke Pelabuhan Belawan secara reguler guna memajukan pariwisata Sumatera Utara. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi/aww/16.

Jakarta, Aktual.com – Ketua Serikat Pekerja Jakarta Internasional Container Terminal (SP JICT), Nova Sofyan Hakim mengritik keras kebijakan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II terkait Global Bond. Nova menyebut global Bond sebagai hal yang sangat tidak jelas dan berpotensi mendatangkan banyak masalah.

“Harus saya katakan, global bond Pelindo II tidak jelas. Aset penjaminan berupa proyek infrastruktur pelabuhan tidak jalan. Ini bisa jadi potensi masalah besar,” kata Nova di Jakarta, Rabu (1/3).

Proyek infrastruktur, disebut Nova, semestinya menjadi sumber pembayaran bunga global bond. Sementara itu, Pelindo II justru membayar bunga tersebut dari uang sewa anak-anak perusahaannya.

“Saya heran, kenapa global bond Rp 21 trilyun ditarik semua sementara proyek tidak berjalan. Bunga Rp 1 trilyun per tahun tentu memberatkan Pelindo II,” ucap Nova.

Padahal, jika bunga global bond sebesar Rp 1 triliun digunakan untuk revitalisasi peralatan pelabuhan, dwelling time dapat dipangkas secara signifikan.

Pasalnya, beberapa pelabuhan petikemas di Tanjung Priok, masih bermasalah dalam rendahnya produktivitas dan dwelling time tinggi. Ia pun mencontohkan alat-alat di terminal 3 Tanjung Priok yang masih kurang memadai.

“Padahal di Priok itu harusnya bisa jadi seragam soal pelayanan. Semua sama dari sisi kualitas alat dan sistem,” kata dia.

Data di lapangan menunjukkan dwelling time di Tanjing Priok seperti JICT masih berjalan sela 3,5 hari. Sementara di TPK Koja dan Terminal 3 lebih lama lagi prosesnya, yaitu empat hari.

Meski mengkritik keras, Nova mengaku masih sedikit optimis agar global bond bisa solved segera karena dapat berdampak terhadap sustainabilitas usaha Pelindo II ke depan.

“Jangan sampai negara dapat bad legacy atas kebijakan Pelindo II yang sembrono,” katanya.

(reporter: Wildan)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Teuku Wildan
Editor: Eka