Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengklaim APBN 2018 akan menciptakan sistem fiskal yang kuat. Hal itu untuk menciptakan target-target pembangunan.

Menurutnya, dari postur yang ada di APBN 2018, pendapatan sendiri ditargetkan mencapai Rp1.894,2 triliun dan belanja negara sebesar Rp2.220,7 triliun. Sehingga ada defisit 2,19 persen yang akan ditutup dengan menggenjot utang.

“Kita ini harus terus fokus membangun APBN yang kuat dan efektif dalam mencapai target-target pembangunan,” klaim Sri Mulyani di Jakarta, Senin (30/10).

Belanja pemerintah sendiri, disebut dia, harus mengedepankan kualitas belanja negara yang diarahkan untuk pengurangan kemiskinan dan kesenjangan. Hal ini penting untuk menciptakan keadilan dan perlindungan sosial pada masyarakat, penciptaan kesempatan kerja dan pembangunan infrastruktur.

“Tapi di balik itu, kita juga harus fokus memerangi pemborosan, ketidakefisienan, korupsi, dan kebocoran anggaran negara,” klaim Menkeu.

Postur APBN 2017 sendiri adalah, asumsi dasar makro ekonomi meliputi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4%, inflasi 3,5%, nilai tukar Rp 13.400 per US$, suku bunga SPN 5,2%, harga minyak US$ 48 per barel, lifting minyak 800 ribu barel per hari dan lifting gas bumi 1,2 juta barel per hari setara minyak.

Menurutnya, APBN adalah uang rakyat yang harus sepenuhnya kembali pemanfaatannya untuk menciptakan kemakmuran rakyat yang berkeadilan.

“Kementerian Keuangan harus terus meningkatkan komunikasi dengan segenap pemangku kepentingan secara efektif dan terpercaya,” klaim dia.

Pemerintah sendiri menargetkan di tahun depan tetap mematok defisit anggaran mencapai 2,19 persen atau setara dengan Rp325,9 triliun.

Untuk menutupnya masih akan menargetkan penerbitan utang baru melalui Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp414,52 triliun dan pinjaman (neto) sebesar Rp15,5 triliun. Tapi dengan potensi defisit yang lebih besar, maka Indef melihat total utang di tahun depan bisa melebihi Rp429,57 triliun.
Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: