Dalam riwayat lain, imam Bukhari Ra menyebutkan:
” كُنْتُ أُنْسِيتُهَا مِنْ سُورَةِ كَذَا وَكَذَا”
Artinya: “Yang mana saya telah dibuat lupa ayatnya dari surat ini”. Pada riwayat ini baginda Nabi Muhammad Saw tidak mengatakan ” yang saya telah lupa “, agar tidak mengandung makna kesengajaan dan mengabaikan terhadap Al Qur’an, dan ini adalah merupakan ajaran baginda SAW tentang adab kita dalam memilih sebuah kata, tegas syekh Yusri.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt:
” وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ”
Artinya: “Dan tidaklah membuatku lupa untuk mengingatnya kecuali syaitan” (QS. Al Kahf: 63).
Yang membuat kita lupa akan ayat yang pernah kita hafal adalah syaitan, bukan semata-mata dari kesengajaan kita, tambah syekh Yusri. Maka dari itulah, hendaknya ketika kita berdo’a sebelum ataupun sesudah membaca Alqur’an dengan do’a yang masyhur, yaitu:
اللُّهُمَّ ذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نُسِّيْنَا وَعَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا”” yaitu dengan kata “نُسِّيْنَا ” (nussina) bukan ” نَسِيْنَا” (nasina). Wallahu A’lam.
Laporan: Abdullah Alyusriy
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid