Inilah tarbiyah baginda Nabi SAW untuk para keluarga dan sahabatnya, sehingga mereka menjadi orang-orang yang Allah kehendaki untuk menyebarkan agama islam di seluruh belahan dunia.

Syekh Yusri menambahkan, bahwa berdasarkan tarbiyyah baginda inilah para mursyid thariqah mendidik murid-muridnya, yaitu dengan menyedikitkan makan. Syekh Yusri juga menambahkan, bahwa diantara tarbiyyah ahli tashawwuf kepada muridnya adalah menyedikitkan makan, tidur, berbicara, dan bergaul.

Baginda Nabi SAW bersabda:

“مَا مَلأَ آدَمِىٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ حَسْبُ الآدَمِىِّ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ غَلَبَتِ الآدَمِىَّ نَفْسُهُ فَثُلُثٌ لِلطَّعَامِ وَثُلُثٌ لِلشَّرَابِ وَثُلُثٌ لِلنَّفَسِ ”

Artinya: “Tidaklah anak Adam itu memenuhi wadah yang lebih jelek dari pada perutnya, cukuplah bagi anak Adam beberapa suapan untuk meluruskan tulang punggungnya, maka apabila terpaksa maka sepertiga untuk makannya, sepertiga lagi untuk minumnya, dan yang sepertigal lagi untuk bernafasnya “(HR. Ibnu Majah).

Hal ini juga sebagaimana baginda Nabi berkata kepada seorang dokter yang telah dikirim oleh Al Muqauqis pembesar Mesir pada waktu itu sebagai hadiah kepada baginda atas dakwahnya untuk masuk islam, bahwa:

“ نَحْنُ قَوْمٌ لَا نَأْكُلْ إِلَا إِذَا جُعْنَا وَإِذَا اَكَلْنَا لَا نَشْبَعْ”

Artinya: “Kami adalah kaum yang tidak makan kecuali ketika lapar, dan ketika makan tidaklah kenyang “(Kitab Sirah). Dengan hikmah inilah akhirnya sang dokterpun masuk islam, karena hikmah ini tidaklah keluar kecuali dari lisan seorang Nabi.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid