“يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً قَالَ الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ”
Artinya “Wahai Rasulallah, siapakah yang paling besar cobaannya (diantara makhluk Allah)? Nabi berkata: (mereka) adalah para Nabi, kemudian yang sepadan dan kemudian yang sepadannya (dalam keteguhannya). Maka seorang laki-laki akan dicoba sesuai dengan (keteguhan) agamanya”(HR. Turmudzi).
Maka dari itulah, Nabi Ayub AS dijadikan sebagai symbol sebuah kesabaran dalam umat islam. Dan dengan kesabaran inilah, Allah Ta’ala menggantikan semua kenikmatannya yang hilang itu dengan dua kali lipat dari apa yang telah dimilikinya. Allah telah berfirman:
” فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ”
Artinya: “Kemudian Kami mengabulkan untuknya, maka Kami bebaskan kemadharatan yang menimpa dirinya, dan Kami datangkan (berikan) lagi keluarganya dan juga yang sama bersama dengan mereka untuknya, sebagai bentuk rahmat dari Kami, serta sebagai pengingat bagi orang-orang yang ahli beribadah” (QS. Al Anbiya: 84). Wallahu A’lam.
Laporan: Abdullah Alyusriy
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid