Syekh Dr.Yusri Rusdi Jabr Al Hasani. (ilustrasi/aktual.com)
Syekh Dr.Yusri Rusdi Jabr Al Hasani. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Dalam khutbah Jumat, Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani di masjid Al Ashraf Kairo, Mesir menyampaikan bahwa ijabah yang tak kunjung datang atas permohonan doa yang dipanjatkan secara berulang-ulang jangan membuat kita putus harapan. Karena Allah SWT mungkin menangguhkan pengabulan doa tersebut untuk kebaikan kita di akhirat kelak dengan menjadikan ungkapan doa-doa yang kita panjatkan di dunia sebagai ganjaran pahala.

Sebagian ahli surga akan mendapati catatan ganjaran/pahala atas amaliah yang tidak pernah mereka lakukan di dunia, lalu diberitahukan bahwa itu semua (ganjaran pahala) adalah doa-doa mu yang belum terkabulkan semasa di dunia dan Allah SWT menanguhkannya untuk kebaikan di kehidupan akhirat dan untuk menambah derajatnya di surga.

Oleh karena itu janganlah kita seakan-akan memaksa kepada Allah SWT untuk mengabulkan permintaan yang kita ungkapkan dalam sebuah doa dengan mengatakan “Ya Allah kabulkan lah sekarang juga” sebab yang demikian itu merupakan cerminan sikap berparasangka buruk kepada Allah SWT Yang Maha menentukan pilihan atas sesuatu dan pada waktu yang tepat untuk kita.

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ ۗ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ

“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka.” [QS:Al Qasas/28 ayat 68]

Berdoa lah kepada Allah SWT secara terus menerus dan serahkanlah urusan yang telah engkau pinta tersebut kepada-Nya , niscaya Dia akan menampakan apa yang telah engkau mohonkan sesuai dengan takaran qadar-Nya untukmu dan hendaklah engkau rela menerima ketentuan pemberian-Nya tersebut, yakinlah bahwa Allah SWT telah mengabulkan permintaanmu akan tetapi engkau tidak menyadarinya.

Banyak sekali orang miskin yang meminta limpahan harta yang banyak kepada Allah SWT, namun kenyataannya dia hidup dalam kemiskinan sampai akhir hayatnya tanpa menyadari bahwa dia termasuk orang-orang yang kehidupannya hanya akan maslahat dalam kesederhanaan sebab jika ia dikaruniai harta yang banyak, justu kemaslahatan hidupnya akan menjadi rusak.

Kekayaan yang melimpah seringkali menjadikan kebanyakan orang-orang kaya tidak maslahat dalam kehidupan mereka, limpahan harta terkadang membuat mereka lupa beribadah dan kadang pula menjadi target sasaran orang-orang jahat.

Ketahuilah bahwa kekayaan tidak diukur oleh banyaknya harta benda saja, namun kekayaan yang hakiki adalah makrifat kepada Allah SWT dan bersandar kepada-Nya, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika gunung akan dijadikan emas untuknya dan beliau SAW menolak.

Coba renungkan bila saja kita adalah orang yang mendapat tawaran tersebut tentu (dengan polos dan tanpa ilmu) kita akan segera menerimanya dengan dalih gunung emas tersebut akan kita infak kan di jalan Allah SWT, akan tetapi Rasulullah SAW menolak tawaran tersebut karena kekayaannya hanya dengan Allah SWT sehingga beliau SAW benar-benar menjadi sosok teladan bagi orang kaya dan orang miskin pada saat yang bersamaan.

Mengenai adab/etika dalam berdoa, sahabat Abdullah bin Umar RA sering menyatakan:

اِنِّي لاَ اَحْمِلُ هَمَّ الاِجَابَةِ وَلَكِنْ اَحْمِلُ هَمَّ الدُّعَاءِ

“Sungguh aku tidak mementingkan tentang (kapan) diijabahnya suatu doa, justru yang terpenting bagiku adalah bagaimana aku dapat memanjatkan doa dengan sesuai”

Jelas bahwa ijabah bagi suatu permohonan hamba sudah merupakan jaminan Allah SWT, oleh karena itu yang terpenting dan mesti diperhatikan adalah bagaimana seharusnya engkau mengungkapkan permohonan yang pantas bagi dirimu. Karena seseorang seringkali meomohon kepada Allah SWT akan suatu perkara yang dapat memadharatkannya. Mengenai hal ini, Allah SWT Berfirman:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.[QS:Al Baqarah/2 ayat 216]

Memperhatikan pilihan kalimat dalam memanjatkan doa/ permohonan kepada Allah SWT menjadi pertimbangan penting bagi oramg-orang saleh, sehingga apabila berdoa, mereka terbiasa berdoa dengan redaksi doa-doa yang termaktub dalam Al Quran karena dalam ungkapannya sudah pasti halus dan memohon keselamatan dan kesejahteraan secara umum, bahkan Nabi SAW mewasiatkan kepada kita untuk senantiasa membaca doa :

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.[QS:Al Baqarah/2 ayat 201]

Doa tersebut mengandung permohonan yang mencakup setiap kebaikan secara luas, jangan lewatkan untuk membacanya dalam setiap rangkaian doa, karena di dalamnya terkandung permohonan solusi yang besar dengan penuh hikmah, ilmu dan sikap penyerahan diri kepada Allah SWT.

Adakalanya seseorang berdoa dengan kalimat doa tertentu dan dengan melakukan cara-cara tertentu agar permohonannya cepat terkabul, namun ketika doanya tersebut tak kunjung terkabul, lantas ia berprasangka buruk kepada Allah SWT, berhenti melakukan kebiasaan berdoanya dan terputuslah dari karunia Allah SWT, yang demikian itu adalah afaat ad-du’a (penggugur/penghalang) sebuah doa yang harus dihindari oleh seorang muslim.

Diantara adab berdoa adalah menghindari makanan yang haram, makanlah dari yang halal niscaya doamu akan mustajab, jangan pernah membayangkan bahwa orang yang tubuhnya dipenuhi barang yang haram akan mendapatkan pengabulan doa . Rasulullah SAW bersabda:

(إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبَاً)

“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik-baik.”[HR:Muslim]

Berdasarkan hal itu, kita dituntut mengetahui hukum muamalah agama agar mengerti hal-hal yang dihalalkan dan dapat terhindar dari sesuatu yang diharamkan.

Jika tidak, maka bisa jadi engkau mengambil dan mengkonsumsi sesuatu yang haram dan berdoa (dalam keadaan hidup yang bergelimang dosa/barang haram) lalu mengeluh seraya berkata ”Allah tidak mengabulkan doaku”.

Padahal makanan dan pakaian yang halal merupakan salah satu syarat mustajabnya doa, Nabi SAW bersabda :

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاء،ِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ ،وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وملبسه حرام وَغُذِيَ بِالحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لذلك

“Lalu Beliau SAW mengisahkan ada seorang laki-laki (yang keadaannya) dalam sebuah perjalanan yang jauh, kusut dan berdebu, dia menengadahkan kedua tangannya ke langit: “Wahai Rabb, wahai Rabb,” sedangkan makanannya haram, minumannnya haram, pakaiannya haram dan dia dikenyangkan dengan yang haram, bagaimana bisa doanya dikabulkan?” [HR. Muslim]

Allah SWT hanya mencintai seorang hamba yang senantiasa muraqabah (merasa diawasi Allah SWT) dalam setiap gerak geriknya , baik ketika makan, minum, berbicara maupun ketika terdiam, ia tetap memperhatikan hukum dan aturan-aturan Allah SWT.
Bagi orang yang demikian, rahmat Allah SWT sungguh sangatlah dekat. Firman-Nya:

إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ

“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang muhsin (merasa diawasi oleh Allah swt)”.[QS:Al A’raf/7 ayat 56]

Dan ijabah/diterimanya sebuah doa merupakan bagian dari rahmat Allah SWT yang sangat luas.[Deden Sajidin]

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid