“فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ”
Artinya: “Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakan, menolong dan mengikuti cahaya yang telah diturunkan bersamanya, mereka adalah orang-orang yang beruntung “(QS. Al A’raf:157).
Lalu dirinya pun bertanya kepada baginda Nabi SAW, apakah kedua sifat tersebut adalah merupakan akhlak yang dirinya dapat dari usaha sendiri setelah dirinya masuk islam, ataukah memang watak yang telah Allah berikan didalam dirinya tanpa didahului dengan usaha. Tentu hal ini adalah perkara batin yang tidak diketahui oleh seseorang, kecuali dirinya adalah seorang Nabi.
Kemudian baginda Nabi SAW menjawab:
“بَلِ اللَّهُ جَبَلَكَ عَلَيْهِمَا قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى جَبَلَنِى عَلَى خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ”
Artinya: “Allahlah yang menjadikan kedua sifat ini sebagai watakmu, lalu dia berkata :” segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kedua sifat yang disukai Allah dan Rasulnya tersebut sebagai watakku “(HR. Abu Dawud).
Dari hadits di atas, bisa diambil pelajaran bahwa para sahabat mengetahui dan meyakini bahwa baginda Nabi SAW adalah orang yang mengetahui perkara ghaib, oleh karena dirinya adalah seorang Rasulullah, tambah Syekh Yusri. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
“ عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا”
Artinya: “Allah adalah Dzat yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib, dan tidaklah menampakan perkara ghaibnya kepada seseorang “(QS. Al Jin:26), kemudian Allah lanjutkan dengan firmanNya:
“إِلا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ”
Artinya “kecuali kepada seorang Rasul yang telah diriNya ridhai “(QS. Al Jin:27). Wallahu A’lam.
Laporan: Abdullah Alyusriy
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid
















