Imam Abu Jamrah RA dalam mengomentari hadits ini berkata, bahwa orang yang berakal seharusnya tidak menengok kepada dunia dan berpaling dari akhirat. Sayyiduna Ali RA berkata:

“لَوْ كَانَتِ الآخِرَةُ مِنْ خَزَفٍ وَهِيَ بَاقِيَةٌ وَالدُنْيَا مِنْ فَضَةٍ وَهِيَ فَانِيَةٌ لَكَانَ يَقْتَضِي الزُّهْدَ فِي الدُّنْيَا”

Artinya: “Jikalau saja akhirat itu terbuat dari tanah liat yang kekal sedangkan dunia terbuat dari perak yang tidak kekal, maka hal ini akan menjadikan zuhud di dunia “.

Semua ini, oleh karena kekekalan yang menjadikan orang yangberakal untuk lebih memilihnya, apalagi yang sudah jelas bahwa kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal baginya, sebagaimana Allah berfirman:

“وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى”

Artinya: “Dan akhirat lebih baik dan lebih kekal “(QS. Al A’la:17). Wallahu a’lam.

Laporan: Abdullah Alyusriy

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid