Ini adalah merupakan bentuk kasih sayang Allah Swt kepada para hambanya yang beriman, sehingga dalam keadaan apapun dirinya menjadi orang yang bersyukur.
Karena ia bahwa semua musibah yang menimpa dirinya adalah semata-mata untuk mensucikan dirinya dari dosa-dosa, sehingga ketika nanti bertemu dengan Tuhannya ia dalam keadaan suci.
Ketika Allah Swt memberikan cobaan kepada hambaNya yang beriman, bukan berarti Allah tidak cinta kepadanya, akan tetapi pada hakikatnya adalah merupakan bukti cinta Allah kepadanya. Semakin kuat iman seseorang, maka semakin besar pula cobaannya.
Baginda Nabi Saw telah bersabda:
” إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ بَلاَءً الأَنْبِيَاءَ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ”
Artinya: “Sesungguhnya diantara orang yang paling besar cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang setelahnya (dibawah derajatnya), kemudian orang-orang yang setelahnya, kemudian orang-orang yang setelahnya”(HR. Ahmad).
Lihatlah baginda nabi kita SAW, makhluk yang paling dicintai Allah Ta’ala, Baginda Nabi Saw bersabda:
” إِنِّى أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلاَنِ مِنْكُمْ قُلْتُ ذَلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ قَالَ أَجَلْ ذَلِكَ ”
Artinya: “Sesungguhnya saya sakit panas seperti sakitnya dua orang dari kalian”, lalu saya berkata (Ibnu Mas’ud: ” semua itu karena engkau mendapatkan pahala dua kali lipat wahai Rasulallah?”, nabi menjawab: ” ya betul demikian”. “Bagi seorang nabi, cobaan adalah untuk menaikan derajat, bukan sebagai pelebur dosa”, pungkas Syekh Yusri. wallahu A’lam.
Laporan: Abdullah Alyusriy
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid