“قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِالشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ ”

Artinya:“Allah Tabaraka wa Ta’ala berkata:” Saya adalah Dzat yang paling kaya dari para sekutu, barang siapa yang beramal danmenyekutukanKu dengan yang lain, maka saya akan tinggalkandirinya bersama dengan sekutunya itu”(HR. Muslim).

Adapun yang terakhir adalah seorang yang ketika melakukan sebuah amal perbuatan didasarkan atas motivasi-motivasi yang bersifat duniawi dan bukan karena Allah Ta’ala, maka hal ini akan bergantung kepada hukum perbuatan itu sendiri di dalam hukum islam.

Segala sesuatu adalah bergantung kepada niat, karena niat itulah yang diperhitungkan, tambah Syekh Yusri. Seorang murid haruslah selalu mengawasi diri dalam berniat sebelum melakukan segala amal perbuatannya. Ketika seorang berniat baik, akan tetapi Allah tidak menuliskannya untuk melakukan amal tersebut, maka dengan sifat rahmatNya, Allah akan menuliskan satu kebaikan untuk dirinya.

Maka dari itulah dikatakan, niat seseorang lebih baik dari pada amalnya sendiri, karena ketika seorang beramal belum tentu di terimaNya. Hal ini sebagaimana sabda baginda Nabi SAW:

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid