Hal (keadaan) baginda Nabi SAW setelah meninggal adalah lebih luas dari pada ketika baginda masih hidup, jelas Syekh Yusri. Allah Ta’ala telah berfirman
“وَلَلآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الأُولَى”
Artinya: “Dan sesungguhnya akhirat itu adalah lebih baik bagimu dari pada dunia “(QS. Adhuha :4).
Imam Abu Jamrah RA mengomentari pada hadits di atas, bahwa diantara yang dimaksud pada hadits di atas, adalah bahwa seseorang tidak boleh memaksakan diri untuk terus melanjutkan membaca atau berdo’a di dalam shalat ketika mengantuk, karena bisa jadi dirinya secara tidak sadar mendo’akan kejelekan untuk dirinya sendiri. Karena bisa jadi, dirinya berdo’a pada waktu yang mustajab, dan Allah mengabulkan do’a kejelekan tersebut.
Maka dari itulah baginda Nabi SAW melarang seseorang untuk mendo’akan kejelekan kepada keluarganya ataupun orang lain dalam keadaan apapun, karena Allah Maha Mendengar dan mengabulkan permintaan hambaNya. Hendaklah seorang mukmin menjaga perkataannya, agar tidak memberikan kemadharatan kepada dirinya sendiri ataupun orang lain. Hal ini sebagaimana baginda Nabi SAW bersabda:
“إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِيَنْزِلُ بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ”
Artinya: “Sesungguhnya seorang hamba berkata dengan sebuah perkataan, yang mana dengan perkataannya tersebut menjadikan dirinya jatuh ke neraka, yang jauhnya antara ujung timur dan ujung barat “(HR. Muslim). Wallahu A’lam.
Laporan: Abdullah Alyusriy
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid