Dikatakan Syekh Yusri bahwa untuk dengan bershalawat atas baginda Nabi SAW dengan semua nama-nama Allah yang baik, diketahui oleh makhluknya ataupun tidak, sebagaimana makna yang tersirat dalam do’a baginda Nabi SAW:
“اللَّهُمَّ إِنِّى عَبْدُكَ ابْنُ عَبْدِكَ ابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِى بِيَدِكَ مَاضٍ فِىَّ حُكْمُكَعَدْلٌ فِىَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْخَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِى كِتَابِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِى عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَرَبِيعَ قَلْبِى وَنُورَ صَدْرِى وَجِلاَءَ حُزْنِى وَذَهَابَ هَمِّى”
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya kami adalah hambaMu, anak dari dua hambaMu (ayah dan ibu), ubun-ubunku ada pada tanganMu, ketetapanMu selalu ada pada diriku, putusanMu yang adil ada pada diriku, saya meminta kepadaMu dengan semua Nama-NamaMu, yang telah Engkau namakan DzatMu dengannya, atau Nama yang telah Engkau ajarkan kepada salah satu makhlukMu, atau Engkau turunkan pada KitabMu, atau Engkau memilih untuk diketehui hanya olehMu, jadikanlah Al Qur’an selalu bersemi dihatiku, cahaya bagi dadaku, cahaya kesedihanku, dan penghilang rasa gundahku”(HR. Ahmad).
Syekh Yusri mensifati baginda Nabi SAW sebagai makhluk Allah yang paling sempurna dalam berta’alluq (terikat dan bersandar), bertakhalluq (berakhlakkan), dan bertahaqquq (menyatakan dan mengetahui hakekat) dari Asma dan Sifat Allah Ta’ala.
Kemudian beliau mengakhirinya dengan berdo’a agar kita mendapatkan kecintaan dan rasa keterikatan serta persandaran kepada baginda Nabi SAW, karena baginda adalah sebagai mufarrij al kurab al a’dzam (orang yang menghilangkan kesusahan yang agung) di hari kiamat nanti. Dan juga agar kita menjadi orang yang mampu berta’alluq,bertakhalluq, dan bertahaqquq dengan Asma dan Sifat Allah Ta’ala. Wallahu A’lam.
Laporan: Abdullah Alyusriy
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid