Syekh Yusri menambahkan, bahkan ketika seseorang masuk islam, maka dia akan memulainya dengan bersyahadat, yang diawali dengan an nafyu (yaitu meyakini bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah), kemudian barulah al itsbat (menyakini bahwa hanya Allahlah yang berhak untuk disembah).
Hal inilah yang kerap sekali dibahas oleh ahli tashawwuf, yaitu seorang salik (hamba yang meniti jalan Allah), hendaklah memulai dirinya dengan at takhalli (membersihkan diri dari segala sesuatu yang dilarang dengan meninggalkannya) sebelum at tahalli (menghiasi diri dengan ibadah dan akhlak terpuji).
Barulah ia akan mencapai maqam at tajalli (yaitu menyaksikan bahwa Allah adalah wujud yang hakiki dibalik alam semesta ini). Seorang salik apabila sudah mampu mempraktikannya, maka dirinya akan selalu menjadi rahmah (bentuk kasih sayang) dimanapun, kapanpun, dan dalam hal apapun ia berada.
“Dan inilah perupakan sifat warisan baginda Nabi SAW, yang harus diikuti oleh umatnya, karena baginda adalah merupakan rahmat bagi alam semesta,” pungkas syekh Yusri. Wallahu a’lam.
Laporan: Abdullah Alyusriy
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid