Perbuatan seseorang adalah didasarkan oleh rasa malu yang ada pada dirinya sendiri, yang telah dihasilkan dari keimanannya bahwa Allah adalah Dzat yang Melihat dan Mengawasinya.

Syekh Yusri menyebutkan dalam pengajian kitab Manazil Sairinya, bahwa sifat haya memiliki beberapa tingkatan yakni pertama para ahli khusus (orang yang istimewa dalam menempuh jalan Allah), yang dihasilkan dari sifat mengagungkan Allah Ta’ala yang disertai dengan rasa cinta kepadaNya.

Sifat haya ini memiliki tiga tingkatan, yang pertama adalah sifat haya yang keluar dari seorang hamba yang memahami bahwa Allah selalu melihatnya, sehingga sifat haya ini membuat dirinya mampu untuk berijtihad (bersungguh-sungguh) dalam beribadah, menganggap jelek sesuatu yang tidak terpuji, dan menjadikan dirinya selalu tenang untuk tidak mengadu kepada kepada makhluk.

Tingkatan yang kedua adalah sifat haya yang ada pada seoranghamba yang dihasilkan dari pandangan seorang hamba bahwaAllah adalah Dzat yang Maha Dekat. Sehingga sifat haya ini mampu mengajak dirinya untuk menjalankan ibadah dengan cinta, mengikatnya dengan ketenangan jiwa bersama kekasihnya, dan menjadikan dirinya enggan untuk merasa tenang dengan makhluk.

Dan tingkatan yang terakhir adalah sifat haya yang muncul atas dasar syuhud al hadrah (merasa dan menyaksikan Allah Ta’ala selalu bersamanya), yaitu sifat yang disertai dengan haibah (rasa wibawa), tidak bisa dihadapkan dengan perpisahan, dan hanya menjadikan Allah sebagai tujuan. Wallahu A’lam.

Laporan: Abdullah Alyusriy

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid