Dirut Pertamina Dwi Soetjipto bersama jajaran direksi perusahaan BUMN menyimak pemaparan kinerja BUMN 2015 yang disampaikan Menteri BUMN Rini Soemarno di Gedung Kementerian BUMN Jakarta, Selasa (19/1). Total pendapatan BUMN dari 118 perusahaan pada 2015 mencapai Rp1.728 triliun atau mengalami penurunan daripada tahun sebelumnya yang mencapai sebesar Rp1.931 triliun. Pada 2016 ditargetkan pendapatan meningkat menjadi Rp1.969 triliun. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/kye/16

Jakarta, Aktual.com — Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto menantang pihak yang tidak puas dengan kinerja ISC-Pertamina dalam hal pengadaan Minyak dan Gas. Bahkan dirinya menyatakan bahwa kinerja ISC sudah berhasil melakukan efisiensi. Pada semester dua tahun ini dia menargetkan mampu mengurangi losses hingga lebih dari USD -2.2 per barel. (Baca: Dirut Pertamina tak terima ISC Dilecehkan)

Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman menilai sebaiknya Dirut Pertamina jangan banyak beretorika dalam hal kecurigaan publik atas tidak transparannya ISC dalam proses tender.

“Fakta yang ada, rekanan pemasok yang ikut tender saja tidak mengetahui siapa pememangnya dalam setiap tender dan berapa harga penawarannya perusahaaan pemenangnya,” ujar Yusri di Jakarta, Rabu (1/6).

Menurutnya, informasi pemenang dan harga tender sangat penting bagi peserta yang kalah. Ini bisa menjadi evaluasi diri agar dapat mengetahui dan memperbaiki kesalahan dalam menentukan harga tender. Pengalaman kekalahan itu bisa menjadi pelajaran dalam menentukan strategi perusahaan tersebut untuk tender mendatang.

“Seharusnya Dirut Pertamina lebih sensitif dan peka atas keluhan publik. Image buruk terlanjur melekat dibenak pikiran publik. Masyarakat sangat trauma pemindahan aktifitas Petral-PES ke ISC-Pertamina untuk menekan mafia migas ternyata hanya menggantikan mafia baru,” tambahnya.

Dirut Pertamina, lanjutnya, dituntut konsekwen membuka pintu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk melakukan audit forensik secara berkala. Audit ISC ini untuk menghindari terjangkitnya praktek kongkalikong.

“Jangan sampai publik mengklaim kebijakan Dirut bak istilah ‘keluar dari mulut harimau, malah masuk kemulut buaya,” ungkapnya.

Harus dipahami bahwa angka impor minyak mentah dan produk BBM tahun 2015 mencapai 280 juta barel dengan nilai transaksi pembelian  USD27,41 miliar atau setara Rp356,3 triliun. Publik sangat sensitif dengan isue dugaan penyimpangan di ISC karena setiap ketidak efisienan proses tata kelola dari hulu ke hilir akan berkontribusi ke harga BBM yang akan dibayar oleh rakyat apakah mahal atau murah.

“Nah kalau Dirut Pertamina berani menantang BPK untuk melakukan audit forensik selama proses tender tahun 2015 dan 2016, maka baru bisa dikatakan bahwa Pertamina sudah berhasil menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang benar (GCG) 100 %,” jelasnya.

Pasalnya, Dirut berani melakukan audit forensik terhadap Petral, maka konsekwensinya Dirut Pertamina juga harus berani melakukan audit forensik ke fungsi ISC-Pertamina.

“Kalau Audit ISC benar-benar dilakukan dengan bersinergi Pertamina-BPK, saya yakin 1000% Pertamina akan menjadi perusahan besar dan sehat,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka