Yusril Ihza Mahendra

Jakarta, Aktual.com — Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra turut menanggapi isi pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengomentari kaus “2019 Ganti Presiden” lantaran marak belakangan ini.

Menurut dia, penyampaian pendapat menggunakan kaus merupakan bagian dari aspirasi rakyat non verbal terhadap pemimpinnya, sehingga menjadi hal yang wajar dilakukan.

“Jadi kalau bisa dikatakan orang bikin kaos 2019 ganti presiden itu sah-sah saja. Masa aspirasi dihalang halangi,” ujar Yusril di kantor DPP PBB, Jakarta Selatan, Senin (9/4).

Lebih lanjut mantan Menkumham ini mengatakan, mengenai aspirasi tidak ada batasan, baik melalui lisan maupun tulisan dan siapapun boleh menyampaikan.

“Sama juga saya mengatakan 2019 tetap presiden sekarang atau presidennya dua periode, kan gak bisa dihalang halangi,” tegasnya.

Apalagi jika Jokowi menganggap kaus bertulisan #2019GantiPresiden’ tidak akan menentukan menang atau kalah pada Pilpres mendatang. “Kalau dikatakan masa baju kaos bisa ganti presiden,” ucap Yusril.

Lebih lanjut ia malah balik menyindir dengan mengatakan, “Kemudian disebelah juga masa baju kotak kotak bisa bikin orang jadi presiden, kan gitu,” kata Yusril.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo angkat bicara mengenai tagar “2019GantiPresiden” yang marak belakangan ini. Di hadapan relawannya, Jokowi menyindir pihak yang ingin ganti presiden.

“Sekarang isu kaus ganti Presiden 2019. Masa dengan kaus bisa ganti Presiden,” ucap Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara Konvensi Nasional Galang Kemajuan Tahun 2018 di Ballroom Puri Begawan, Bogor, Sabtu 7 April 2018.

Kata dia, hanya dua hal yang bisa mendorong pergantian Presiden. Yakni rakyat dan kehendak Tuhan. Jadi kaus tidak bisa mendorong pergantian Presiden. “Masa pakai kaus bisa ganti Presiden, enggak bisa,” tegas Jokowi.

Sekadar informasi, isu kaos juga pernah terjadi di Thailand dan berhasil memanaskan peta politik di negara gajah tersebut. Yaitu gerakan ‘kaos kuning’ yang menentang kepemimpinan Thaksin Shinawatra sebagai Perdana Menteri Thailand.

Saat rakyat Thailand muak dengan pemerintahan korup PM Thaksin, rakyat bergerak dengan kaos kuning dan membanjiri hingga melumpuhkan ibukota Bangkok.

Pada tahun 2006 silam, gerakan kaos kuning yang juga dikenal sebagai People’s Alliance for Democracy, berhasil menggulingkan Thaksin dari kursinya.

Selain itu terjadi juga di Taiwan 13 tahun lalu. Saat kampanye Pilpres Taiwan, calon Presiden Shiu Bian membuat gerakan simpatik dengan kaos. Alhasil aksi itu berhasil mengantarkannnya menjadi presiden. Kemudian kaos pun menjadi simbol sakti politik di Taiwan.

Fadlan Syiam Butho

Artikel ini ditulis oleh: