Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kiri) menunjukkan buah apel impor yang berada dalam Kontainer di Terminal Peti Kemas Surabaya, Jawa Timur, Jumat (4/3). Badan Karantina Pertanian menahan 609,9 ton buah jeruk, apel, pir asal Tiongkok yang tidak dilengkapi dengan surat jaminan kesehatan dalam 34 kontainer. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution menyebut, memang saat ini masih terjadi impor buah. Padahal potensi buah di dalam negeri cukup tinggi.

“Memang mesti ada kebijakan yang lebih spesifik dalam penataan masalah perbuahan. Salah satunya, harus dijaga sisi produksinya dan perluas pasarnya, termasuk pasar internasional,” jelas Darmin saat konferensi pers acara Festival Buah Indonesia 2016 di kantornya, Jakarta, ditulis Kamis (10/11).

Untuk itu, menurut Darmin, ke depan mesti ada kebijakan pengembangan bush unggulan dari daerah-daerah tertentu. Seperti buah mangga yang banyak dihasilkan dari daerah tertentu, maka daerah itu harus difokuskan untuk pengembangan produk buah mangga unggulan.

“Apa saja buah unggulan dari daerah-daerah tertentu perlu digenjot. Sehingga standarisasi buah yang dihasilkan pun menjadi penting. Tapi saat ini Kementan sudah serius mengembangkan komoditi buah,” jelas Darmin.

Menurut Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), yang juga penyelenggara acara, Herry Suhardiyanto menyebut, jika tata kelola buah diperbaiki, maka akan mengurangi ketergantungan buah impor. Salah satu fakta yang ada, ketika tengah musim mangga, ternyata impor apel cenderung menurun.

“Karena kalau produksi buah kits tinggi, tak hanya akan menekan impor, bahkan bisa melakukan ekspor. Sehingga pada akhirnya bisa mengenjot perekonomian Indonesia,” kata dia.

Cuma sayangnya, selama ini petani dalam tanam buah relatif sporadis. Tak tertata dengan baik, dengan begitu akan sulit berdaya saing dengan produk buah impor.

“Makanya perlu ada peningkatan kualitas dengan melakukan standarisasi buah. Agar buah kita berdaya saing. Da itu potensinya juga tinggi,” jelas dia.

Dia mencontohkan buah durian. Ternyata musimnya itu saling silih berganti dari mulai Aceh sampai Lampung, Jawa hingga Sulawesi itu bergantian. Dengam begitu, jika pemerintah serius mengembangkan akan menjadi potensi yang besar.

“Karena durian kita memiliki kekhasan. Kita tidak kalah dengan durian dari Thailand. Sedang jeruk selama ini impornya paling tinggi, tapi potensinya tinggi. Ada kekhasan dari jeruk Medan, Garut, atau Pontianak. Agar serbuan dari luar tidak semakin kencang,” jelasnya.

Makanya, dia pun minta revolusi orange untuk pengembangan buah secara masif. Dan agar tidak lagi tergantung pada buah impor, maka produksi bush harus terus digenjot.

“Dan kita bisa melakukan itu. Apalagi buah lain seperti manggis juga bisa menjadi exotic fruit yang luar biasa potensinya,” pungkas Herry.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka